Lihat ke Halaman Asli

Yusnia Agus Saputri

Mom Blogger | Sarjana Pendidikan

Sajak untuk Bunda

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata masih enggan untuk menjamah mimpi dalam lelap

Hening

Hanya hening suasana yang menemani hati
Yang terus menerawang pada dinding langit pada sudut jiwaku
Menghadirkan gambaran sketsa suram pada wajah-wajah di masa lalu yang masih begitu lekat
Menghantarku kembali pada mimpi yang tak lelap,

meraba asa dan bayangan namun tak tergapai


Masih jelas terekam,
saat lembut jemari itu menyapa tiap-tiap helai rambutku
Pada belaian lembut seorang wanita yang begitu tegar

Ahh, mungkinkah masa itu yang kini tengah bergelayut manja pada hati yang rindu?


Rindu pada jemari halus seorang ibu
Haus pada kasihnya yang dulu sentiasa hiasi hari
Dahaga pada hadirnya yang kini jauh dalam jarak dan waktu yang lama

Ha, gerimis. Hati yang rindu ini mulai gerimis


Tampak sudah pada mata yang berkaca menahan lelehan air mata
Dan mungkin karena kedua kelopak mata pun seperti tak lagi kuat membendungnya
Luruh. Luruhlah dalam hening jiwaku
Bawa pergi rindu ini pada serpihan nyanyian malam
Yang tak jua berdaya mengusir sepi dan dahaga kerinduan yang memuncak pada nurani jiwaku
Hampa
Hampa tersisa di antara lirih angin
Masih jua setia, rindu itu bertahta pada singgasananya

Oh.. Ibu.. Ingin kuberlari dan memeluk tubuhmu


Tersedu manja pada isak tangisku
Biar. Biarkan rindu ini lunas terbayar.
Hingga aku bangun dari mimpi yang ternyata lelap mengantarku pada mimpi tidur yang panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline