Lihat ke Halaman Asli

Yusnia Ekawati

Bismillah sukses

Wayang Kulit, Hiburan Rakyat yang Sekarang entah Kemana?

Diperbarui: 28 Juni 2021   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Yusnia Eka Wati

Menurut (KBBI, 2008) Wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang. Wayang merupakan hiburan rakyat tradisional, dan kebudayaan asli Indonesia khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang kulit memanfaatkan bayangan boneka yang digerakkan oleh seorang dalang. Boneka yang yang digunakan berupa boneka wayang yang terbuat dari kulit hewan. Pembuatan wayang kulit menggunakan kulit kerbau karena, lebih cepat dikeringkan dan dibentuk. 

Menurut Dr. G. A.J. Hazzeu dalam (Ensiklopedia, 1991) Wayang merupakan pertunjukkan asli Jawa. Wayang adalah "Walulang inukir" (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Pembuatan wayang kulit membutuhkan waktu yang cukup lama. Mulai dari proses pengeringan kulit, yang membutuhkan waktu hingga berhari-hari. Setelah itu, pembuatan sketsa sampai pembentukan karakter wayang. Selanjutnya pengukiran, kulit kerbau yang sudah dibentuk haruslah diukir terlebih dahulu untuk memberikan corak dan motif pada wayang. Terakhir pewarnaan, setiap karakter wayang memiliki warna yang berbeda yang membedakannya. 

Saat ini, pertunjukan wayang kulit sudah mulai jarang ditampilkan. Eksistensi wayang kulit sudah mulai tergantikan dengan penggunaan gadget di sana-sini. Akhir-akhir ini pertunjukan wayang kulit di kurang diminati oleh banyak orang. Hanya sedikit orang yang mau menonton pertunjukan wayang kulit, mulai dari tengah malam hingga menjelang pagi.

Ditambah dengan kondisi pandemi pada saat ini. Menjadikan pertunjukan wayang kulit tidak dapat digelar. Pandemi yang mengharuskan kita untuk menjaga jarak dan memaksimalkan aktivitas di rumah membuat pertunjukan wayang kulit semakin jarang digelar. Jika pun ada yang menggelar pertunjukan wayang kulit, akan dibubarkan oleh aparat setempat. Apalagi jika ditambah dengan tidak mematuhi protokol kesehatan. 

Seperti dilansir dari Kompas.com. Pada hari Sabtu (5/6/2021) malam, di Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Polisi membubarkan acara pagelaran wayang kulit disana. Selain karena tidak mengantongi surat izin, acara hajatan khitanan putra kepala desa setempat itu melewati batas waktu jam malam pukul 22.00 WIB. Bisa saja pertunjukan wayang kulit tetap digelar, dengan mematuhi protokol kesehatan 3 M. Semua orang harus tetap memakai masker, menjaga jarak antar penonton, dan mencuci tangan. 

Tetapi, dengan memanfaatkan teknologi saat ini pertunjukan wayang kulit juga dapat direkam melalui video. Lalu, rekaman wayang kulit dapat disebarkan dengan meng-uploadnya di media massa. Dengan begitu eksistensi wayang kulit tidak akan hilang termakan zaman. 

Sepatutnya kita sebagai generasi muda lebih mengenal dan melestarikan budaya yang sudah ada sejak dulu. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang kapan lagi? Apakah harus menggunu sampai kebudayaan itu benar-benar hilang? Mari lestarikan kebudayaan kebanggaan milik kita mulai dari sekarang.

Daftar pustaka : 

Tim Penulis Enslikopedi Nasional Indonesia, 1991, Enslikopedi Nasional Indonesia, jilid 17, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline