Lihat ke Halaman Asli

Inilah Alasan Djarot Tidak Diizinkan Kunjungi Ahok

Diperbarui: 12 Mei 2017   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : sindonews.com

Perseteruan antara mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Putera alias Ahok dengan partai pengusungnya PDI-P telah memasuki babak baru. Ahok sudah mulai sadar kalau dirinya telah dimanfaatkan oleh PDI-P setelah dirinya kini meringkuk di tahanan.

Berawal dari penetapan vonis majelis hakim yang menghukum Ahok selama 2 tahun desas-desus “penikaman” PDI-P kepada dirinya semakin logis dan masuk akal. Bagaimana tidak, sebagai partai penguasa, sangat mungkin PDI-P sudah mengetahui apa putusan majelis hakim. Bahkan bisa jadi PDI-P lah yang memesan putusan itu. Padahal salah satu pendukung Ahok dari partai lain yakni Nasdem sudah mensekenariokan Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk melakukan penuntutan seringan mungkin. JPU adalah salah satu bawahan Jaksa Agung, HM. Prasetyo yang merupakan kader Nasdem.

sumber gambar : suaramerdeka.com

Cara berfikir yang sangat sederhana sebenarnya untuk bisa melihat masalah ini. Pertama Ahok-Djarot kalah di Pilkada dari pasangan Anies-Sandi. Skenario awal adalah memenjarakan Ahok jika menang, sehingga Djarot sebagai kader asli PDI-P yang pasti selalu mematuhi Mega akan dinaikan menjadi Gubernur DKI. Beda dengan Ahok, tidak mungkin patuh sama Mega. Semua pernah dilawan oleh Ahok, mulai dari Prabowo sampai seluruh petinggi Golkar, partai dulu dia bernaung ketika menjadi anggota DPR RI.

Skenario awala yang gagal berakibat PDI-P memutar otak dan menjalankan skenario berikutnya. Masih ada sisa waktu beberapa bulan, sekitar 4 bulan. Masih lumayanlah bagi PDI-P jika menginginkan kursi DKI 1. Ahokpun di libas dengan segera, tidak tanggung-tanggung dimasukkan kedalam bui langsung setellah ketok palu. Padahal sebuah putusan tidak serta merta berkekuatan hukum tetap. Tapi PDI-P berkehendak lain, PDI-P menginginkan pergantian kekuasaan berjalan cepat. Bagaimanapun caranya yang penting Djarot naik secepat mungkin, yakni pada tanggal 9 mei, tepat hari dimana Ahok masuk bui. Bisa dibayangkan, yang satu masuk bui dan satunya lagi masuk Balai Kota sebagai orang nomor satu di DKI.

Politik memang kejam, maka jangan heran jika ada kawan makan teman. Apalagi bagi sekelas partai, untuk menyingkirkan hanya satu orang pasti akan dilakukan demi meraih kekuasaan. Jangankan satu orang, jika perlu seluruh staf dan pengikutnya Ahok yang dimusnahkan.

Dugaan Ahok sengaja dimasukan bui oleh PDI-P semakin terlihat nyata. Berdasarkan berita yang di muat di kompas 

Djarot tidak masuk daftar nama yang diizinkan jenguk ahok. Ahok sudah sadar kalau dirinya selama ini hanya dimanfaatkan PDI-P. Yang lebih gila lagi, PDI-P memanfaatkan Ahok  lewat teman baiknya, Djarot Syaiful Hidayat. PDI-P sangat paham, walaupun Djarot dan Ahok teman baik, tapi sangat tidak mungkin bagi Djarot membangkang dari perintah Mega. Kesetiakawanan Djarot inilah yang dimanfaatkan dengan sangat baik oleh PDI-P untuk menjerumuskan Ahok. Ahokpun tak sadar sampai ahirnya sekarang dia baru tahu kalau PDI-P telah menggunakan Djarot untuk menjatuhkannya. Kini kedua sahabat baik itu tidak bisa lagi saling peduli. Ahok bahkan tidak sudi dikunjungi oleh Djarot, mantan wakilnya itu. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline