Lihat ke Halaman Asli

Siti Yusmida

IAIN Palangkaraya

E-commerce Tingkatkan Produksi, Pasar Tradisional Terancam Gulung Tikar!

Diperbarui: 12 November 2022   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

   Di zaman yang semakin maju ini tidak di pungkiri lagi teknologi pastinya akan semakin maju, salah satunya di bidang perbelanjaan atau sekarang yang sedang ramai di gunakan E-commerce dimana pembeli hanya memesan lewat mobilephone nya masing-masing dan pesanan akan di antarkan ke alamat tertuju, pertumbuhan E-commerce sangat pesat, baik dan dengan omset yang cukup besar juga menjanjikan, karena tertarik dengan hal itu terjadilah peningkatan jumlah anggota online shop di indonesia dan banyak online shop yang melakukan peningkatan produksi, sebagai contohnya mungkin dulu kita hanya menemukan online shop baju atau aksesoris saja, tetapi ketika terjadi peningkatan produksi bukan hanya baju terdapat pula sembako,makanan dan segala macam kebutuhan hidup semua tersedia pada E-commerce padahal bahan-bahan makanan seperti itu biasanya kita beli di pasar tradisional.

  karena salah satu teknologi ini memudahkan, maka masyrakat selalu menggunakan E-commerce untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, mungkin kita sebagai salah satu konsumen E-commerce akan berpikir dan bertanya -- tanya apa yang menjadi permasalahan? Kenapa pasar tradisional terancam gulung tikar? Padahal di E-commerce pun kita membeli brand lokal?
Bukannya sama sama memajukan perekonomian indonesia? Tapi pernah kah kita berpikir bagaimana nasib para pedagang di pasar tradisional jika semua masyarakat lebih memilih belanja online.

  Dikutip dari laman cnnindonesia.com Pengusaha Chairul Tanjung mengingatkan dampak negatif dari bisnis E-commerce yang harus diwaspadai pemerintah , beliau mengatakan "Kalau E-commerce sudah meng-Indonesia, pedagang kecil akan habis. Misalnya, mereka yang tadinya bekerja menjaga warung, kemudian tiba-tiba warung tidak bisa bersaing. Ini jadi isu yang luar biasa, Penjual Pasar Tanah Abang mengeluh market-nya turun. Banyak yang
merasa penjualannya tidak sebaik tahun sebelumnya. Sementara bursa mencetak rekor. Jadi kalau bicara ketimpangan ini salah satu ketimpangan yang nyata,"lanjutnya


Lantas akankah pasar tradisional hilang?


   Fakta E-commerce memang di prediksikan akan menjadi tren yang terus berlangsung dan akan terus berlanjut. Memang tidak dapat dipungkiri jika manfaat E-commerce, membawa keuntungan bagi berbagai pihak yaitu penjual dan pembeli.. Faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan penggunaan E-commerce adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Pada tahun 2019, kelas menengah di Indonesia mencapai peningkatan sebesar 21% dari total populasi. peningkatan penduduk ini berpengaruh pada
kegiatan berbelanja online. 

  Seperti yang kita ketahui penggunaan E-commerce sangatlah mudah diakses dimanapun, tidak membutuhkan modal yang besar untuk membangun toko, pengelolaan yang lebih praktis karena dibantu oleh fitur-fitur, pilihan produk yang lebih beragam dalam satu toko online. Menko Airlangga mengatakan 'Peningkatan jumlah anggota online shop juga membuat nilai transaksi E-commerce di Indonesia mengalami peningkatan Transaksi E-commerce memberi kontribusi terbesar bagi ekonomi digital Indonesia, di mana pada 2021 lalu nilainya mencapai US$53 miliar. Jumlah ini diprediksi akan meningkat sampai US$104 miliar pada 2025, dengan level pertumbuhan 18%," paparnya. Dari uraian di atas semakin jelas bahwa masyarakat akan lebih memilih berjualan atau berbelanja online.

  Pada survei yang dilakukan pengguna E-commerce di Indonesia semakin meningkat pesat NielsenIQ mencatat jumlah konsumen belanja online di Indonesia yang menggunakan E-commerce mencapai 32 juta orang pada 2021. Jumlahnya melesat 88 persen dibandingkan 2020 yang hanya 17 juta orang. Pertumbuhan bisnis ini di pastikan akan naik setiap tahunnya. Dari data tersebut tentunya berbanding terbalik dengan penjualan yang terjadi di pasar tradisional, atau toko-toko yang tidak menggunakan E-commerce hal ini tidak menutup kemungkinan pasar tradisional terancam gulung tikar, selain itu fakta lapangan menunjukkan tidak semua masyarakat indonesia yang berjualan bisa menggunakan media sosial hal ini di sebabkan pedagang pedagang kecil di indonesia banyak di lakukan oleh para bapa bapa dan ibu ibu yang sudah lanjut usia sehingga kurangnya pengetahuan teknologi serta ketertinggalannya trend menyebabkan UMKM di pasar tradisional terancam gulung tikar.


  Terkait dengan permasalahan di atas ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan. Jika kita menempatkan diri sebagai penjual di pasar tradisional hal yang bisa kita lakukan ialah mengejar ketertinggalan zaman dengan cara apa? dengan cara mengikuti perkembangan bisnis yang ada, mungkin yang tadinya hanya berjualan di pasar tradisional saja, kita bisa juga mendaftarkan toko kita di E-commerce, seperti yang di jelaskan di atas untuk membuka toko online cukup mudah dan tidak harus mengeluarkan modal yang banyak.


   Selanjutnya jika kita memposisikan diri sebagai konsumen kita mungkin seharusnya membedakan mana yang setidaknya harus di beli di toko online dan mana yang harus di beli di pasar terdekat, hal ini dilakukan agar kita menjadi masyarakat yang peduli sesama dan tolong menolong dalam perekonomian pasar tradisional, karena tidak semua penjual di pasar merupakan anak muda
kebanyakan dari mereka ialah orang-orang yang sudah lanjut usia dan tidak memiliki mobilephone sehingga cukup sulit untuk mereka untuk menjualkan barang mereka di E-commerce. Namun hal ini kembali ke individu masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline