Lihat ke Halaman Asli

Yusmaini

Profesi: Guru SD, instansi: SDN 13/IV Kota Jambi

Filosofi-Filosofi Ayahku

Diperbarui: 24 September 2023   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

*Filosofi-Filosofi Ayahku*
  Penulis: Yusmaini

Ayahku memang kebanggaan keluarga kami, pejuang dan teladan yang baik. Beliau seorang yang teguh pada pendiriannya, punya prinsip hidup yang kuat dan mempunyai wawasan luas. Pergaulannya supel dan luwes sehingga banyak mempunyai teman dari berbagai kalangan. Pendidikannya cukup tinggi di zamannya. Ayahku kelahiran tahun 1946. Masa-masa dimana bangsa ini baru menghirup udara kemerdekaan. Deru mesiu pun masih berdesing sesekali di langit pertiwi.

Berikut ini beberapa filosofi Ayah yang masih ku ingat dalam menyemangati kehidupan keluarganya.

1. Modal Utama Hidup Adalah Kejujuran.
Ayah selalu menanamkan 'kejujuran' sejak kami kecil. Tak boleh nian sesekali berkata bohong, apalagi dalam perbuatan. Menurut beliau, sekali kita berbohong seumur hidup orang tak kan percaya.

2. Hidup Adalah Perjuangan.
Dalam hidup kita harus berjuang keras untuk mencapai cita-cita atau tujuan kita. Jadi menurut Ayah tidak boleh bermalas-malasan.  

3. Hidup Harus Berani.
Menurut Ayah hidup ini seperti 'roda pedati' kadang di atas, kadang di bawah. Jadi kalau sempat berada di bawah, harus berani naik kembali.

4. Hidup Harus Punya Malu.
Malu sebagian dari iman.  'Tangan di bawah' lebih hina daripada 'tangan di atas'. Harga diri dan martabat di atas segalanya. Kami memang bukan orang kaya, tapi sedari kecil (SD) pakaian sekolah kami tak pernah Ayah beli langsung di pasar, melainkan ditempa pada tukang jahit. Ayah mengatakan itu untuk kerapian berseragam sekolah dan harga diri. Jangan dikarenakan kemiskinan pakaian anak sekolah "kumuh dan lusuh".

5. Hidup Harus Tegar Jangan Cengeng.
Sedari kecil kami sudah ditanamkan Ayah 'tak boleh menangis', jangan cengeng kata beliau. Pernah aku jatuh dari bermain sepeda terluka kakiku dan berdarah sewaktu kecil, Ayah langsung berkata, " Eh... jangan nangis, ayo bangkit lagi! " Aku pun tak jadi menangis. Apalagi setelah dewasa dengan segala problematika kehidupan. Harus tegar. Jadi dalam keluarga kami 'mahal' air mata itu.

Dengan tulisan ini semoga menginspirasi bagi semua sahabat pembaca.

Kota Jambi, 24 September 2023.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline