Lihat ke Halaman Asli

Yusmadi Andrie

Traveler, Photographer, and Volunteer.

"Sikabe Tilanga", Wadah Pengrajin Sepu di Sarira

Diperbarui: 18 Desember 2018   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepu Manik-Manik (dokpri)

Toraja merupakan suku dan daerah yang cukup unik. Toraja memiliki budaya yang sangat menghormati aluk todolo atau adat nenek moyang. Mulai dari tradisi rambu' solo, rambu' tuka, ma'nene, kerajinan tau-tau hingga kegiatan menyirih. Dari keunikan tersebut, menjadikan Toraja jadi magnet wisata yang wajib dikunjungi.

Berbicara mengenai kegiatan menyirih, orang Toraja memiliki wadah atau tempat untuk menyimpan keperluan menyirih. Wadah tersebut berupa tas selempang dengan kain khas Toraja. Sepu, nama tas tersebut. Dahulu, sepu digunakan sebagai wadah untuk menyimpan kebutuhan menyirih bagi orang Toraja, tapi saat ini penggunaan sepu telah bergeser.

Walaupun orang-orang tua Toraja masih menjadikannya sebagai tempat menyirih, saat ini sepu telah menjadi salah satu cinderamata yang diburu ketika berkunjung ke Toraja. Sepu dijadikan sebagai pelengkap fashion, tempat menyimpan telepon seluler hingga dijadikan tempat make-up bagi kaum perempuan.

Di Kelurahan Sarira, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja, terdapat kelompok pengrajin spu. Kelompok tersebut menggunakan nama Sikabe Tilanga, sikabe bermakna sekumpulan atau bersatu sedangkan Tilanga merupakan nama kampung tempat kelompok tesebut berada. Tepatnya Sikabe Tilanga beralamat di Jalan Tilanga, Tilanga, Kel. Sarira, Makale Utara, Tana Toraja. Terdapat delapan orang yang tergabung dalam kelompok pengrajin sepu ini. Rerata mereka membuat sepu tetuk, sepu yang menggunakan manik-manik disudut sepu dan tali selempangnya, dan sepu manik-manik, sepu yang terbuat dari manik-manik.

Sepu tetuk menggunakan kain tenun khas Toraja, kain tersebut ditenun sendiri oleh para pengrajin selama seminggu menggunakan alat tenun bukan mesin. Dan tetuk atau sudut sepu dan tali selempang terbuat dari manik-manik. Sepu tetuk dikerjakan selama 3 hari dan dijual dengan harga Rp130.000 per spu.

Sedangkan sepu manik-manik adalah sepu yang terbuat dari manik-manik yang dirangkai menyerupai sepu. Dibutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan satu sepu manik-manik.

Harga jual dari sepu manik-manik adalah Rp150.000 hingga Rp170.000 per sepu. Sepu karya kelompok Sikabe Tilanga di drop kebeberapa pusat penjualan oleh-oleh khas Toraja yang ada di Kota Rantepao, Toraja Utara. Kelompok yang termasuk dalam binaan Dinas Koperasi dan UMKM Tana Toraja ini mampu menyelesaikan minimal 42 sepu perbulannya.

Manik-manik bahan pembuatan sepu (dokpri)

"Untuk bahan pembuatan sepu kami menggunakan manik-manik dari Kalimantan yang kami rangkai menggunakan benang hingga berbentuk sepu," kata Ibu Damaris Pala'biran atau yang akrab disapa Mama Lia, salah satu anggota kelompok Sikabe Tilanga. Sepu karya Sikabe Tilanga menggunakan manik-manik berwarna hitam, putih, merah, kuning dan hijau.

Corak sepu tetuk berupa kain tenun polos dengan rangkaian manik-manik di sudut sepu. Warna kain yang digunakan yaitu warna khas Toraja, hitam, kuning, dan merah. Sepu manik-manik sendiri dominan menggunakan manik-manik berwarna hitam, sedangkan manik-manik warna putih, kuning, merah dan hijau digunakan sebagai pola dari spu. Polanya dapat berupa bunga, kerbau maupun tongkonan, rumah adat Toraja.

Sikabe Tilanga sering mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Tana Toraja sebagai ajang untuk mempromosikan spu karya mereka. "Ketika ada pameran yang diadakan oleh Pemkab Tana Toraja maupun Pemkab Toraja Utara, kami selalu diundang untuk mengikuti pameran tersebut. Ya pameran tersebut juga jadi sarana promosi kami bahwa di Sarira, tepatnya di Tilanga, terdapat kelompok pengarajin sepu yaitu Sikabe Tilanga," tegas Mama Lia.

Proses Pembuatan Sepu (dokpri)

"Selain di drop ke beberapa pertokoan yang ada di Rantepao, kami juga menjual sepu ke para wisatawan yang berkunjung ke Sarira. Di Sarira ini tedapat beberapa objek wisata seperti objek wisata Kolam Alam Tilanga dan Puncak Buntu Sarira." Ucap Mama Lia. Menurut Mama Lia, harga yang ditawarkan ke wisatawan yang berkunjung relatif murah dibanding ketika sepu di drop ke pertokoan yang ada di Rantepao.

Walau sepu telah bergeser penggunaannya yang tadinya tempat kebutuhan sirih, sekarang telah menjadi oleh-oleh khas Toraja yang patut dimiliki. Dan kehadiran Sikabe Tilanga turut berperan dalan melestarikan sepu sebagai indentitas Toraja. Dan sepu juga menjadi pelengkap fashion etnik khas Toraja.

Salah Satu Tongkonan Di Kelurahan Sarira (dokpri)

Nah, ketika berkunjung di Sarira jangan lupa membeli sepu buatan para ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Sikabe Tilanga. Sembari menikmati suasan alam Sarira yang asri dengan beberapa tongkonannya. Atau dapat menikmati keindahan Sarira dan Tana Toraja dari ketinggian di Puncak Buntu Sarira, hingga merasakan kesegaran air di Kolam Alam Tilanga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline