Lihat ke Halaman Asli

Yusli Harini

Praktisi Kesehatan Masyarakat

Plastik: Dulunya Kawan, Kini Menjadi Ancaman

Diperbarui: 21 September 2024   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber gambar: pexels.com)

Sampah plastik menjadi permasalahan yang menyita perhatian secara lokal maupun global. Ironisnya, kantong plastik yang awalnya diciptakan untuk menyelamatkan lingkungan dan membantu kehidupan manusia, kini malah berbalik menjadi ancaman terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. 

Kita juga mengetahui bahwa plastik sekali pakai telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Padahal sampah plastik memberikan ancaman serius terhadap lingkungan karena selain jumlahnya cenderung semakin besar, sampah plastik adalah jenis sampah yang sulit terurai oleh proses alam (non biodegradable).

Seberapa besar masalah sampah plastik di Yogyakarta?

Yogyakarta yang mendapat predikat “Daerah Istimewa” pun tidak terlepas dari ancaman sampah plastik. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY (BAPPEDA), volume sampah pada Tahun 2019 yang hanya sekitar 644,69 ton/hari telah meningkat pesat menjadi 1.231,55 ton/hari pada Tahun 2023. Menilik data Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi sampah plastik di Yogyakarta adalah sebesar 23,84%, nomor dua terbanyak setelah sampah organik. Artinya, dalam sehari produksi sampah plastik di Yogyakarta mencapai 293,6 ton.

Peningkatan volume produksi sampah di Yogyakarta sayang sekali tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas pengelolaan persampahan regional yang hanya sebesar 753 ton per hari (sumber data: BAPPEDA DIY – Pengelolaan Sampah). Sementara itu, tempat pemrosesan sampah regional yang berlokasi di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul juga sudah resmi ditutup secara permanen pada akhir April 2024 karena kondisi penampungan sampah terbesar yang telah beroperasi sejak 1996 di Yogyakarta ini telah melebihi kapasitas dan mencemari lingkungan (sumber: Pemda DIY). Situasi ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan sampah di Yogyakarta perlu penanganan segera.


Mengapa kita perlu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai?
Penggunaan plastik sekali pakai memberikan berbagai dampak negatif untuk lingkungan dan kesehatan manusia melalui kandungan bahan kimia di dalamnya dan cara pengolahan yang tidak tepat.

  • Dampak sampah plastik terhadap lingkungan
    Sampah plastik memiliki daya tahan yang sangat lama, bahkan beberapa jenis plastik memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai. Selama proses degradasi ini, plastik akan pecah menjadi mikroplastik yang menyebar ke tanah dan air. Mikroplastik dapat mencemari tanah pertanian dan badan air, seperti sungai dan laut, yang mengganggu ekosistem alami. Pencemaran air oleh plastik tidak hanya merusak habitat si air tetapi juga mempengaruhi kualitas air yang digunakan manusia untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari. Saat sampah plastik dibakar, proses pembakaran dapat melepaskan zat berbahaya ke udara, seperti dioksin dan furan, yang merupakan bahan kimia beracun. Zat-zat ini dapat mencemari udara dan mengancam kesehatan manusia serta hewan. Beberapa jenis plastik juga mengandung bahan kimia yang dapat menghasilkan gas rumah kaca saat terurai atau terbakar. Ini berpotensi berkontribusi pada perubahan iklim dengan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. (referensi: Jurnal Kesehatan Internasional)
  • Dampak sampah plastik terhadap kesehatan manusia
    Sampah plastik dapat mencemari makanan dan air. Mikroplastik yang mencemari badan air dan tanah dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia. Ketika manusia mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi mikroplastik, bahan kimia berbahaya yang terlepas dari plastik dapat memasuki tubuh, berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa paparan bahan kimia dalam plastik, seperti BPA, berhubungan dengan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan hormon, masalah reproduksi, dan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan kanker. Ketika plastik dibakar, asap yang dihasilkan dapat mengandung bahan berbahaya yang menyebabkan atau memperburuk penyakit pernapasan, seperti asma dan bronkitis. (referensi: Jurnal Kesehatan Internasional)

 

Bagaimana cara mengurangi sampah plastik?

  • Kebijakan pelarangan plastik sekali pakai

Pemerintah Yogyakarta bisa belajar dari daerah lain yang telah berhasil menerapkan larangan penggunaan plastik sekali pakai, salah satunya yaitu Provinsi Bali. Provinsi Bali telah berhasil mengurangi produksi sampah plastiknya melalui Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Berkat Pergub ini, kantong plastik sekali pakai sudah tidak lagi disediakan oleh pusat perbelanjaan dan pasar modern, serta mampu mendorong perubahan perilaku rumah tangga berupa penurunan konsumsi kresek mencapai 57%, sedotan hingga 70%, dan styrofoam hingga 81% (sumber: plasticdiet).

Baru-baru ini Yogyakarta telah mengeluarkan Peraturan Walikota Nomor 40 Tahun 2024 tentang pengurangan timbulan sampah plastik sekali pakai yang disahkan sejak 10 Juni 2024. Namun sayangnya, sosialisasi perwal ini belum optimal sehingga sampai saat ini kantong plastik sekali pakai masih digunakan, baik di pusat-pusat perbelanjaan maupun di pelaku usaha lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu menyertai perwal ini dengan sosialisasi dan upaya-upaya pengawasan serta penindakan untuk memastikan pusat perbelanjaan dan para pelaku usaha lainnya menaati peraturan yang telah dibuat.

  • Penggunaan kantong belanja yang bisa dipakai berulang (reusable)

Langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan membawa kantong belanja sendiri setiap berbelanja. Penggunaan kantong belanja yang bisa dipakai berulang ini dapat secara efektif mengurangi sampah plastik. Dengan diberlakukannya larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai, pusat-pusat perbelanjaan dan para pelaku usaha lainnya diharuskan tidak lagi menyediakan kantong plastik melainkan menggantinya dengan kantong belanja bagi konsumen yang belum memiliki atau sedang tidak membawa kantong belanjanya sendiri.

  • Pengembangan produk biodegradable

Pabrik plastik dapat berinvestasi dalam pengembangan produk biodegradable yang dapat terurai lebih cepat dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Di level nasional, pemerintah perlu menyiapkan regulasi agar pabrik-pabrik plastik mengganti produk mereka dengan produk yang lebih ramah lingkungan.

  • Membuat bank sampah di daerah

Mendirikan bank sampah di tingkat lokal dapat membantu dalam pengelolaan sampah dengan lebih baik. Bank sampah tidak hanya membantu dalam pengolahan sampah tetapi juga dapat berkontribusi pada ekonomi lokal melalui daur ulang. Kabupaten Bantul perlu dicontoh dalam hal pembuatan bank sampah lokal. Melalui bank sampah "Gemah Ripah" yang berdiri sejak 23 Februari 2008, Bantul menjadi kabupaten pelopor pengelolaan sampah di level lokal.


Kesimpulan

Masalah sampah plastik adalah tantangan besar yang memerlukan perhatian serius dan tindakan bersama dari segenap kalangan. Dengan memahami dampak negatif dari sampah plastik dan menerapkan langkah-langkah yang efektif untuk menguranginya, kita dapat berkontribusi pada perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia. Upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan industri diperlukan untuk menghadapi tantangan ini agar dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan, sehingga Yogyakarta bisa terlepas dari ancaman sampah plastik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline