Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali perbedaan, baik itu alamnya ataupun penduduknya. Perbedaan inilah yang membuat Indonesia menjadi negara multikultural yang terdiri atas keberagaman suku, keberagaman adat istiadat, keberagaman ras, keberagaman agama, dan keberagaman antargolongan. Tidak hanya itu, Indonesia juga mempunyai belasan ribu pulau besar, pulau sedang, hingga pulau kecil. Masyarakat Indonesia disebut juga masyarakat yang majemuk, hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya.
Pluralisme merupakan istilah yang menjelaskan paham atau pandangan yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain sebagainya. Kemunculan ide pluralisme ini didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan "klaim keberanian" (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrim, radikal, perang atas nama agama, konflik horizontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan atas nama agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar (Malik, 2005:11).
Salah satu contoh pluralisme yaitu saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan suku, ras, tradisi dan agama serta tidak memaksakan keyakinan agama yang dianut kepada orang lain. Misalnya saja Ketika ada adzan berkumandang, kita sebagai umat nonmuslim bisa menghargai dan menghormati umat islam dengan tidak memutar lagu dengan volume yang keras. Begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi masih ada saja konflik antar agama yang terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya perusakan termpat ibadah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Saat ini yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa agama dapat menimbulkan konflik? Padahal pada dasarnya semua agama mengajarkan untuk hidup rukun antar umat beragama lainnya.
Konflik agama yang terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh keegoisan agama dari masing-masing individu karena mereka menganggap bahwa agama mereka itu lebih doktrin, mereka menganggap bahwa agamanya lah yang paling benar, dan mereka menolak adanya perbedaan atau pluralitas agama di Indonesia.
Paham Pluralisme seharusnya menjadi tolak ukur toleransi antar umat beragama di tengah keberagaman kepercayaan dengan sikap toleran, berkeadilan dalam rangka menuju civil society.
Oleh karena itu rasa pluralisme harus diberikan kepada anak - anak usia dini agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi orang - orang yang bisa menjadi penerus dan pelindung dunia ini.
Multikulturalisme adalah sebuah pandangan yang menjunjung tinggi adanya persatuan kelompok budaya yang berbeda di mana ada persamaan hak dan status social-politik dalam masyarakat untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Multikulturalisme dapat dicapai dengan merangkul perbedaan dan keterbukaan. Perbedaan yang ada akan menimbulkan konflik jika tidak dikelola dengan baik. Tetapi jika kita dapat menerima perbedaan dalam masyarakat maka akan menghidupkan keindahan.
Menurut Moeis (2014: 11), bagi masyarakat Indonesia, kenyataan sebagai masyarakat multikultural tidak dipungkiri lagi. Begitu juga harapan ke depan mewujudkan masyarakat multikultural yang saling menghormati dan mampu hidup berdampingan secara damai (masyarakat multikultural yang demokratis) merupakan cita-cita semua orang.
Salah satu contoh penerapan paham multikultural yaitu saling berbaur antara satu dengan yang lain tanpa memperhatikan latar belakang orang-orang yang memiliki satu visi dan misi dengan kita. Yang artinya tidak memilih-milih teman ataupun rekan kerja berdasarkan latar belakang suku, ras, agama, serta budayanya. Kita dapat berteman atau bergaul dengan siapa saja tanpa memandang rendah orang yang berbeda suku, ras, dan agamanya.
Akan tetapi, lagi-lagi masih banyak dari kita yang memandang seseorang berdasarkan latar belakangnya. Masih banyak juga orang yang memperlakukan orang lain dengan memandang statusnya.