Lihat ke Halaman Asli

Anonimiyus

pejuang kebetulan tidak suka menulis

Puisi dari Masa Lalu

Diperbarui: 31 Januari 2019   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

 Rembulan mesra dengan suasana malam, sunyi, hanya kita berdua di bawah pohon kamboja, beralas rumput gajah yang mengering...

 Malam terasa hangat, senyuman itu tidak pernah menghilang dari bayanganku, aku rindu bau tembakau dari mulutnya.

 Renta, saat pertama kali dia mengucap kata lelah, lemah kala terakhir kali aku mengusap pipinya, benar aku saksi dari kenangan kepergiannya.

 "Aku mengatakan sebuah pengalaman bukan ramalan". Dia berkata pelan namun berwibawa.

 "Suatu hari, kau akan melihat kebahagiaan dari senyuman istri dan anakmu, dan merasa bertanggung jawab saat mereka bersedih, air matamu akan mengering tapi keringatmu tidak akan pernah".

 Aku mengangguk...

 Dia mengusap kepalaku,

 "Ceritakan tentang aku yang baik pada anakmu",

 "Bapak selalu baik" aku tersenyum,

 "Ceritakan tentang kakeknya yang tidak pernah putus asa",

 "Bapak tidak pernah kehabisan akal mendidik kami", aku menahan haru,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline