Lihat ke Halaman Asli

Freelance, Pengangguran atau Serabutan, I Love This Job!

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya lebih suka menyebutnya, serabutan ketimbang freelance apalagi pengangguran. Lebih sederhana, jujur dan sangat mudah dipahami oleh masyarakat kita. Kalau dibilang pengangguran, tentu saja sangat tidak setuju karena hakikatnya seorang pekerja serabutan adalah seorang yang memiliki pekerjaan meski masyarakat kita seringkali mengidentikkan pekerja serabutan sama dengan pengangguran.

Kalaulah di dalam form isian KTP boleh mencantumkan jenis pekerjaan ini, maka sudah lama saya akan menuliskannya. Lebih jujur, ketimbang harus mengisi sebagai wiraswastawan padahal kenyataannya tidak punya perusahaan apapun bahkan warung kopi sekalipun. Mengapa bangsa ini mengajarkan ketidakjujuran kepada rakyatnya? Apakah malu jika ada rakyatnya yang dengan tulus dan jujur menyebut dirinya sebagai pekerja serabutan? Lantas apa yang salah dengan status sebagai pekerja serabutan? Inti dari bekerja serabutan adalah berkarya, mandiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Bekerja serabutan, pasti akan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya yang pada akhirnya berkorelasi dengan penghasilan yang didapat. Saya senang bekerja serabutan sekaligus bangga menjadi pekerja serabutan. Mengapa demikian? Karena sedikit banyak saya telah menunjukkan kejujuran atas diri saya sendiri. Ini mungkin mengapa bangsa ini lamban sekali untuk dapat maju bersaing dengan negara-negara lain. Terlalu mengagungkan simbol dan status, terlatih untuk mencibir kepada orang yang berusaha sekuat tenaga untuk dapat hidup mandiri.

Mungkin perlu saya sampaikan, kalau saya pernah bekerja di sebuah perusahaan asing dengan posisi yang cukup bagus. Tapi itu dulu, dan saya tidak pernah berpikir untuk menjadi pekerja lagi. Saya telanjur mencintai pekerjaan serabutan yang sudah saya tekuni lebih dari 7 tahun dan telah memberikan saya kesenangan, moril dan materil. Sekarang, saya hendak mengejar cita-cita sebagai seorang pekerja serabutan yang sukses meski orang di kampung saya sudah terbengong-bengong dengan nongkrongnya sebuah sedan di garasi rumah padahal mereka lebih sering melihat saya pake celana kolor dan mejeng tiap pagi di depan rumah.

Bekerja serabutan, artinya bekerja apa saja yang dapat dikerjakan bukan bekerja karena ketiadaan pekerjaan. Bekerja serabutan secara terencana tidak kalah hebatnya dengan memiliki sebuah perusahaan dengan belasan anak perusahaan. Mari kita jujur, coret status pekerjaan di KTP (kalau itu bohong) dan tulis dengan tegas pada kolom pekerjaan sebagai ; Serabutan. Maju terus para pekerja serabutan, kita punya harga yang lebih tinggi ketimbang para koruptor atau para penjilat penjual kekayaan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline