Mengapa Siti Salamah dan bukan Saya atau Anda ?
Postingan saya kali ini bercerita mengenai sosok yang akan mengubah paradigma berfikir kita bahwa semangat adalah salah satu modal kita untuk bergerak. Semangat untuk hari ini dan masa depan Indonesia.
Siti Salamah membuktikan bahwa semangatnya hari ini membawa perubahan dari apa yang dilakukannya secara konsisten dan membawa masa depan Indonesia bila hasil capaiannya diduplikasi, diserap, dieksekusi oleh individu, pemerintah , sektor swasta. Dan ini telah dilakukan oleh ASTRA sebagai perusahaan besar di Indonesia dengan mengapresiasinya menjadikannya sosok inspiratif dan diharapkan menjadi masa depan cerah pengembangan Sumber Daya Indonesia.
Ketika pertamakali saya membaca salah satu artikel yang berkisah seorang perempuan asal Kota Tangerang Selatan bernama Siti Salamah mendapatkan penghargaan sebagai sosok inspiratif dan diganjar penghargaan dari perusahaan besar seperti halnya ASTRA membuat saya sempat terdiam sejenak. Rupanya masih ada di luar sana yang fisiknya manusia namun sikapnya adalah benar mewakili sifat ketuhanan.
Benarkah ada sosok ini di tengah -- Tengah megahnya Kota Tangerang sebagai salah satu daerah maju penyangga Ibu Kota Negara , Provinsi Banten yang sedang bergeliat bagaikan "naga" dengan peningkatan pendapatan daerahnya yang super cepat di Indonesia?
Lalu muncul pertanyaan, kok Siti Salamah mengurusi sampah ya dan problematikanya? Rupanya semakin saya membaca dan mendalaminya ada pepatah "buah tidak jatuh dari pohonnya". Siti Salamah menjadi penggerak sistem pengelolaan sampah terintegrasi berbasis teknologi waste solution Hub SATU Indonesia Awards Taun 2021.
Yang dilakukan Siti Salamah
Masalah sampah adalah masalah kita, namun masalah pemulung bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka mendapatkan penghidupan, ekonomi, Pendidikan bukan masalah kita, benarkah?
Mari kita beberkan fakta di lapangan :
Pada 2018, Siti bersama sejumlah rekannya mendirikan Waste Solution Hub, penyedia solusi pengolahan sampah terintegrasi. Sampah bila tidak dikelola dengan baik maka ribuan ton sampah semisal dari Jakarta saja bisa dihasilkan setiap harinya. Bagaimana kalau seminggu, satu bulan, satu tahun, sepuluh tahun apakah sampah tidak menimbulkan gangguan Kesehatan karena menggunung , membau dan polutif.
Karena ada tumpukan sampah dan di sana ada peluang ekonomi, maka akan ada orang -- orang yang mengais rezeki dari sampah yang terkumpul , tapi itu tidak membuat mereka menjadi banyak materi atau kaya, justru semakin terpuruk ekonominya ke jurang kemiskinan dan rentan Kesehatan, karena berada di tempat terburuk sebagai tempat tinggalnya sehari -- hari.
Bersama teman -- teman relawan Siti Salamah mendirikan sebuah sistem yang unik, yang bisa diterapkan di daerahnya. Pemberdayaan kaum miskin kota (pemulung) , memberdayakan kaum marjinal dalam program layanannya dan hadir memberi kesempatan kepada para pemulung untuk mendapatkan masa depan cerah untuk saat ini dan masa depan.
Secara sederhana, sistem ini adalah memotong proses pengolahan, pendistribusian yang bisa dipersingkat. Selama ini sampah dari rumah diambil pemulung untuk diberikan ke lapak kemudian dijual ke tempat besar melewati empat hingga lima pengepul kakap.
Saya sendiri pernah menjadi bendahara Bank Sampah di lingkungan komplek, Mengamini bahwa harga sampah plastik tidaklah besar. Berkisar dua riby rupiah per kilogram nya. Sedangkan di industri besar bisa sampai lima ribu rupiah per kilogram sehingga dengan proses yang dipersingkat, margin sebesar dua kalinya tersebut bisa menjadi pemasukan para pemulung.
Meski ada peningkatan penghasilan, membawa perubahan para pemulung binaan Siti Salamah, tetap saja dia tidak bisa bekerja sendiri. Apresiasi dari ASTRA membawanya menjadi lebih bersemangat lagi.