Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Migas: Kisah Ajaib Masa Depan Indonesia yang Tak Terlupakan

Diperbarui: 17 Juli 2023   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@IPAConvex_

Selasa, 11 Juli 2023, GBK Jakarta - Suatu pengalaman yang tak terlupakan terjadi ketika saya menghadiri acara Meet Blogger yang diadakan oleh Indonesia Petroleum Association (IPA), yang menghadirkan para pembicara dari berbagai latar belakang terkait Minyak dan Gas atau yang lebih akrab disebut dengan Migas. Saat saya memasuki ruangan, saya merasakan getaran energi yang menggelora di sekeliling saya. Ternyata, acara ini tidak hanya menarik, tetapi juga penuh dengan kejutan dan wawasan baru.

Dalam perjalanan kisah epik ini, saya menyadari betapa pentingnya peran migas dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang gemilang. Indonesia, tanah yang kaya akan pesona alamnya, memiliki ikatan tak terpisahkan dengan keajaiban migas! Saat ini, kami semua tahu bahwa migas adalah kunci rahasia di balik kemajuan Indonesia yang hebat. Angka yang menakjubkan juga terungkap di hadapan kami, dengan pendapatan negara mencapai 300 triliun rupiah dari sektor Migas.

Saat menggali lebih dalam ke dalam rencana pemerintah, terkuaklah prediksi yang luar biasa: target Net Zero Emission (NZE) akan segera tercapai. Namun, perlu diingat bahwa kebutuhan akan energi fosil dalam bentuk migas akan terus meningkat secara alamiah. Meskipun proporsi penggunaan migas akan sedikit menurun dari total bauran energi, namun pesona migas tidak dapat diabaikan begitu saja!

Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) hingga tahun 2050, tergambarlah pertumbuhan yang luar biasa. Kebutuhan akan minyak diproyeksikan akan melonjak sebesar 139%, sementara kebutuhan akan gas akan meningkat hingga 298%. Prediksi masa depan ini mengindikasikan bahwa kebutuhan energi nasional akan mencapai puncaknya, yaitu sekitar 1.000 juta ton setara minyak (MTOE). Dalam persentase yang memukau pikiran saya, sekitar 44% dari total energi akan berasal dari minyak dan gas, sehingga sekitar 440 MTOE harus dipenuhi.

Semua ini terjadi karena kebutuhan akan migas dari berbagai sektor masih belum sepenuhnya dapat digantikan oleh Energi Baru Terbarukan (EBT) yang menjanjikan. Namun, jangan khawatir, terdapat harapan bahwa emisi karbon yang dihasilkan oleh migas akan dapat ditangkap dan disimpan melalui teknologi canggih atau bahkan dengan memanfaatkan penanaman pohon sebagai penyelamat karbon. 

Tujuannya adalah memastikan kelangsungan ketahanan energi dari kombinasi sumber daya yang dimiliki Indonesia, yang terdiri dari batu bara, minyak, gas, dan EBT yang menakjubkan. Pada saat yang sama, komitmen terhadap NZE tetap terjaga dengan megahnya.

Saya takjub saat mendengarkan Bapak Nanang Untung, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Integrasi, Koordinasi, dan Interface Migas, berbicara mengenai kebutuhan yang sangat penting dalam memanfaatkan potensi migas di dalam negeri. Kehadiran investor dengan sumber daya pendanaan dan teknologi yang tak terbatas menjadi kunci sukses dalam menggali potensi migas.

Kebutuhan  yang semakin meningkat,  sumber gambar Materi IPA Convex

"Kita masih sangat membutuhkan para investor. Kami telah mengoptimalkan transisi energi, namun mustahil bagi kita untuk hidup tanpa fosil hingga suatu saat nanti ketika semua kebutuhan energi terpenuhi. Baterai masih merupakan komoditas mahal dan kita masih bergantung pada cuaca. Prediksi dari berbagai pihak menunjukkan bahwa bahan bakar fosil akan tetap memainkan peran penting hingga tahun 2050," ungkap Nanang penuh semangat dalam diskusi magis antara Indonesia Petroleum Association (IPA) dan Blogger.

Tak hanya sektor transportasi yang bergantung pada migas, sektor lainnya juga tak dapat dipisahkan dari pesona hulu migas. Nanang dengan tegas menyatakan bahwa petrokimia, dengan segala kehebatannya, takkan pernah lepas dari migas sebagai bahan baku utama yang tak tergantikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline