Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

5 Manfaat Mengajarkan Anak Ibadah di Bulan Ramadan

Diperbarui: 2 Mei 2021   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Sahur pastikan tidur anak tercukupi sebelumnya, Dokpri

Puasa untuk anak

Saat Ramadan tiba, sebagai orang tua tentu menginginkan buah hatinya turut berpuasa. Mengenalkan puasa sejak dini kepada sikecil hampir dilakukan oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia. Ini tak lain karena tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia sendiri anak kecil berpuasa di sekitaran usia minimal 4 atau 5 tahun tergantung kondisi anak itu sendiri. Kedua anak laki -- lakiku di rumah mulai diperkenalkan sejak usia 3 tahun (ikut sahur bersama).

Pada usia 4 tahun mulai puasa setengah hari, usia lima tahun puasa semampunya dan terakhir di usia 6 tahun mereka sangguf full 30 hari lamanya dari sahur sampai berbuka puasa.

Karena masih kecil, ada saja hal -- hal lucu yang mereka sampaikan , namun menjadi pelajaran ilimu sendiri diantaranya :

1. Mengenalkan konsep waktu (jam) ;

Pada awal -- awal Ramadan hingga hari ke-3 anak -- anak Selalu menanyakan berapa lama lagi  waktu berbuka? Kadang sikecil bertanya secara ekstrem "Berapa detik lagi Pi berbuka?"Akhirnya Bapaknya ini pun menghitungkan pengkalian jam dengan detik . "Oh 39.600 detik lagi" Ujarku  menilik waktu 11 jam x 3600 detik . Bayangpung dia menanyakan detik setiap saat dan bapaknya karena keterbatasan akhirnya menggunakan kalkulator. Hehehehe

Dengan mengajarkan waktu akhirnya anak - anak menjadi kenal jam, menit , detik , konsep am dan pm .

2. Mengenalkan Proses Demokrasi;

Saat mengajarkan anak berpuasa ada proses demokrasi. Pertanyaan dimulai dari apakah anak -- anak mau berpuasa penuh, apakah menu buka untuk sahur , apakah menu makanan saat berbuka, sampai kepada hadiah apa yang diinginkan apabila full 1 bulan berpuasa tanpa batal?

Sebagai orang tua , saya tidak bisa memaksakan kehendak pokoknya harus. Ilmu pokoknya itu adalah sentralistik cenderung otoriter dan tidak baik digunakan saat momen suci ini. Otoritarianisme cocok diwaktu tertentu semisal waktu sholat dan mereka masih asik main gadget, maka perintah perlu ditegaskan . "Ini perintah Allah SWT. bukan perintah Papi dan Mami, jadi ayo  kita sholat berjamaah!" Pintaku tegas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline