Sosok berpakaian abu abu casual datang membawa tempat berupa fish ball saat kami, komunitas kompasianer Tangerang Selatan Plus (Ketapels) melaksanakan agenda ruitn kumpul bareng di salah satu cafe di daerah Kabupaten Tangerang. Nama tempatnya Ludens Cafe.
Orang yang menyapa ramah kami dikenal dengan panggilan Pak Maryono. Dia menjelaskan bahwa setiap pengunjung yang datang ke Ludens Cafe akan mendapatkan diskon sebesar 15 (lima belas) persen dengan syarat pengunjungnya bisa menjawab kuis yang ada di dalam fish bowl yang digenggamnya.
Semua yang hadir bergembira. Bu Ngesti (Buyang panggilan akrabnya) mengambil salah satu kertas dari fish ball yang berisikan pertanyaan. Lalu disebutnya dengan keras " Lebih berat mana besi satu kilogram dengan kapas satu kilogram?"
Dengan penuh semangat 45 saya dan teman teman lainnya: Oom Sutiono, Mak Agatha, Agung Han, Kang Rifki, Om Ono , Mak Tuty, Mbak Al , Arum dan juga si Mami Uli langsung bilang "sama beratnya" Jawab kami kompak. Alhamdulillah diskon 15 persen untuk makanan di Ludens Cafe sudah di tangan.
Sejarah Ludens Cafe
Ludens Cafe ini sendiri baru berdiri kisaran Tahun 2016 lalu. Dengan target omset pendapatan sebesar 200 juta rupiah sebulan, optimisme terbangun diantara pemegan peranan Ludens Cafe ini. Artinya setiap hari Pak Maryono, Mas Bayu dan Pak Setiadi harus memastikan untuk mendapatkan omset diatas 5 juta rupiah per harinya.
Lalu, dibuatlah sebuah skema agar Ludens Cafe menarik para pelanggan dan menjadi tujuan para penikmat kuliner di Tangerang dan sekitarnya dari ketiganya yang memang basic pekerjaan utamanya berbeda dengan apa yang mereka tekuini saat ini. Yup, ketiganya ini adalah teman dari Ketua Ketapels kami, Bang Dzulfikar . Mereka adalah guru satu almamater. Bang Dzul 9 tahun menjadi guru, Bayu sekitar 7 tahun dan Pak Setiadi yang paling lama berprofesi sebagai pengajar, yaitu kurang lebih 13 tahun. Menariknya, Mak Agatha kenal dengan pak Setiadi karena anaknya sekolah di mana Pak Setiadi mengajar. Hehehe, dunia ternyata sempit.
Ludens Cafe di awal berdiri menyediakan makanan tradisonal , terkenal dengan ayam taliwangnya. Perlahan Ludens cafe mulai membesar . Hingga kini sudah banyak melakukan perubahan management dan konsep. Dari Awalnya cafe ini hanya menyediakan berupa makanan tradisional daerah, kemudian berkembang dengan konsep distro yang dikembangkan Pak Setiadi lalu kemudian digabung dengan konsep kopi nusantara oleh Bayu Murdiyanto yang juga menjabat sebagai barista dan manajer operasional . Sementara itu, Pak Maryono Reso yang menemani kami pertama kalinya menjabat sebagai manajer personalia. Kemudian berturut turut :
Imam Desta Lesmana (kord. Medsos)