Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Melihat Kawah Candradimuka GITC, Ayo Terbang Selamanya!

Diperbarui: 12 April 2018   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswi Calon Pramugari dalam simulasi penyelamatan penunpang di air

"Papi, itu kenapa pesawat terbakar? Orang-orangnya mati Pi"? Ini adalah pertanyaan dari anak sulung saya pagi ini (12/04/18) . Seperti biasa setiap pagi saya akan menyempatkan menonton berita , apapun beritanya .Ketika sedang menonton dua pesawat (militer dan sipil) yang jatuh tak sengaja Kanda, anak saya ikut menontonnya. "Kenapa jatuh Pi?"

Mungkin pembaca semuanya pernah mendengar atau melihat kecelakaan pesawat baik pesawat komersil, maupun pesawat latih, militer. Kesemuanya terjadi bukan pada kesalahan satu faktor saja. Tapi bisa dari berbagai hal. Dari berbagai sumber yang saya serap, terutama ketika  Kompasiana bersama Direktorat Jenderal Perhubungan Kementrian Perhubungan Indonesia mengadakan Akademi bertajuk Sobat Aviasi dengan Tema Ayo Terbang Selamanya, saya memahami bahwa ternyata  Kecelakaan pesawat tidak selalu disebabkan oleh multiple faktor (disebabkan berbagai faktor lainnya)  namun bisa juga karena   faktor tunggal, khususnya kesalahan pilot.  

FAA (Federasi Keselamatan Penerbangan Internasional) menyebutkan penyebab kecelakaan pesawat terbang adalah faktor manusia (66,7 persen), armada pesawat (27,1 persen), cuaca (13,2 persen). Di Indonesia `dan di belahan dunia manapun mengclaim bahwa kecelakaan pesawat persentasenya kecil dibandingkan kecelakaan moda transportasi lainnya. Benarkah demikian?

FAKTOR MANUSIA SEBAGAI PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT

Garuda Indonesia Training Center (GITC) Tempat para pilot dan pramugari dididik

 Kamis (05/04/2018) , pukul  Tujuh Lewat Dua Puluh Menit, aya sudah datang ke Bentara Budaya Jakarta (BBJ) untuk bersama sama dengan Kompasianer lainnya  dalam acara Blog Trip Sobat Aviasi. Acara inisebagai lanjutan dari dua hari proses pelaksanaan akademi yang lebih menekankan pada aspek penguasaan materi tentang keselamatan penerbangan.

 Saya mengamini, proses take off dan landing adalah dua hal yang membuat para penumpang merasa "Dag dig dud der " . Perasaan berkecamuk akan keselamatan penerbangan membuat para penumpang di dalamnya harus pasrah bila benar benar terjadi sesuatu dalam penerbangannya. Bapak Agus Santoso, Dirjen Perhubungan mengatakan Ketika pesawat Take Off Lepas Landas, maka pesawat akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk terbang (100 persen) dan ketika pesawat landing atau turun ke landasan, maka pesawat mengerahkan kekuatan paling minimum yang dipunyainya untuk mendarat mulus di landasan.

Saya sendiri, yang sering terbang ke beberapa tempat baik dalam dan luar negeri merasakan betapa pentingnya mengetahui prosedur keselamatan penerbangan. Dimulai dari  barang barang apa yang kita bawa, apa yang boleh dan tidak boleh dimasukan kedalam bagasi dan atau kabin penumpang. Sampai akhirnya harus paham bagaimana prosedur keseluruhan  keselamatan penerbangan :

Berikut saya sajikan data dan fakta yang pernah saya ketahui :

Karena yang saya alami ketika berkunjung ke Garuda Training Center hampor sama dengan kejadian di  Bali,  yaitu pendaratan darurat pesawat terbang Lion Air  di laut. Pesawat yang membawa 101 penumpang dan 7 kru pesawat, semua selamat dari musibah. Selamatnya semua penumpang dan awak kabin tersebut, tentu karena ada kerja sama yang baik dari awak kabin dan semua penumpang.

Dari Instruktur bernama Bapak Koko, yang sudah puluhan tahun berada dalam Industri Penerbangan dan sekarang melatih para crew pesawat soal keselamatan penerbangan .Saya mendapatkan ilmu bahwa :

*             Penanganan Situasi Darurat .

  • Para penumpang yang seyogyanya akan cemas ketika terjadi kecelakaan pesawat, akan sedikit terbantu dengan cekatannya para pramugari menangani, menenangi dan membantu evakuasi para penumpang. Suara yang tegas, jelas dan ramah membuat informasi mengenai aturan keselamatan penerbangan bisa tersampaikan. Saya melihat dan berkaca kepada diri sendiri, ketika berada dan duduk di dalam pesawat jarang sekali fokus kepada instruksi ketika pramugari memeragakan prosedur keselamatan. h sudah tahu"". Fikir saya.
  • Kalau saja, semua penumpang kurang lebih ratusan orang dalam pesawat berfikiran yang sama dengan saya dan saat itu pesawat mengalami kendala atau mimimal tergelincir saja, pastilah saya akan berdoa "Ya Tuhan, kenapa tadi tidak aku perhatikan pramugari itu !"
  • Peran Pramugari , bukan sekadar sebagai crew, "pemanis pemandangan dalam pesawat". Peran mereka sangat penting, baik di saat dalam keadaan aman nyaman dan selamat maupun saat kondisi darurat  yang memaksa mereka untuk berfikir cepat dan bertindak tepat dalam menyelamatkan para penumpangnya.  Semisal penanganan penumpang balita, penumpang lansia, penumpang berkebutuhan khusus.  Saat di GITC informasi bahwa penumpang berkebutuhan khusus akan diistimewakan oleh para crew pesawat,  mereka akan diakhirkan bersamaan dengan para penumpang lainnya selamat di bawah.
  • Keselamatan penumpang, bukan terletak kepada kewajiban maskapai, dari pilot, pramugari, FOO saja, tapi juga dari diri penumpang. Banyak kecelakaan pesawat indikasinya berasal dari penumpang itu sendiri.So, mulailah memperhatikan diri sendiri dahulu. Sudah saftey terbangkah anda?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline