Cerita Broto dan Suparni bermula dari sebuah halte di daerah Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta. Keduanya pertama kali bertemu di halte yang kemudian mereka beri nama halte seribu janji.
Di sinilah kali pertama Suparni merasakan kecupan - kecupan mesra dari bibir Broto yang dihiasi kumis tipis nan menawan.
Ser...... perasaan Suparni berkecamuk. Gadis berusia 18,5 tahun ini berdesir bergemuruh hatinya.Ketika tahu Broto mengucap kata sayang padanya .
"Aku sayang sama kamu dek" Kecup Broto .
Suparni tersentak kaget. Broto yang diidamkannya sejak Sekolah Menengah tak tamat ini tak menyangka. Ternyata itu adalah lamunan masa lalu yang disimpannya dalam bahagia.
[caption id="attachment_97603" align="aligncenter" width="512" caption="puisis3mut.files.wordpress.com"][/caption]
Di depannya kini hanya ada bekas bungkus mie instan berbentuk cup (gelas). Mereka berharap dari kesudian lalu lalang orang-orang memberikan uang receh di jalan.
Broto dan Suparni kini sudah berumur 56 dan 49 tahun . Keduanya bersepakat mengikat janji yang tak pernah tercatat di catatan sipil manapun. Puluhan tahun yang lalu mereka hanya akad nikah dirayakan dengan nasi kuning alakadarnya , di mas kawini dengan seperangkat alat beribadah itupun diberikan oleh Dewan Kesejahteraan Mushola pinggir kampung. Di saksikan oleh para pemulung di bantar gebang Bekasi dan di nikahkan oleh Tetua perkumpulan pemulung yang menasbihkan dirinya sebagai tokoh masyarakat.
Secara hukum dunia mereka percaya Tuhan adalah pemegang kekuasaan tertinggi atas hidup mereka. saking tak bisa nya memiliki selembar catatan resmi bernama akta nikah.
Betapa hebatnya Tuhan merekayasa sebuah cinta. Dia hadir pada masa akhil baligh (puber), dia hadir pada saat mata tertuju pada pandangan pertama , dia hadir pada pertemuan pertama atau bahkan pertemuan terakhir. Kadang dia hadir tanpa disangka-sangka. Dia hadir dalam bingkai kebahagiaan meski yang mengalaminya adalah orang yang tak berpunya.
Dia hadir di Zaman aman tentram atau bahkan perang rudal sekalipun. Ada cinta yang bisa ditemukan seperti datanganya siang setelah malam dan datang nya malam setelah siang. Dia memberikan cinta kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia mencabut kekuasaan cinta kepada orang yang Dia kehendaki pula.
Cinta Broto dan Suparni mungkin akan berakhir dalam cemoohan orang karena dianggap cinta tak berguna. Menyusahkan pemerintah dan menjadi sampah masyarakat. Menjadi Penyakit sosial bernama pengemis jalanan.
Broto dan Suparni tetap tertawa , bersapa dan kadang tersenyum bila kita melewatinya dengan tersenyum di pelataran sebuah Universitas terkenal di Jakarta. Mereka tetap tersenyum meski penghasilan mereka hanya diberikan oleh rasa iba. Dan rasa kasihan itu diberikan kepada kita oleh Tuhan yang tak segan memberi mereka hidup. Dan lagi kita memberi mereka atas dasar rasa cinta.