Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Bertafakur Merenungi Surat Lukman Ayat 18

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bertafakur merenungi surat Lukman Ayat 18 Bulan puasa yang kualami saat ini serasa hambar dibandingkan 4 -5 tahun yang lalu. Di mana setiap bulan ramadhan, kami sebagai mahaswa yang tinggal nge kost di suatu tempat bernama gang masjid . Merayakannya dengan penuh suka cita. Meski lebih banyak dukanya karena seringnya terlambat sahur atau pun kalau sahur berbarengan dengan adzan subuh. Memalukan. hehhehehe Kami tinggal di Jalan Kelelawar Gang masjid Kelurahan Sidodadi Bandar Lampung. Memang di sinilah letak masjid Al Muhajirin- persis kami selaku mahasiswa yang hijrah dari tempat asal kami. Aku berasal dari Tangerang, Taufiq berasal dari Jambi, Darmawan dari Medan, Djiaul dan Nova  dari Jakarta . Bulan Ramadhan adalah bulan yang sebagian orang merindu setengah mati bertemu bulan penuh rahmat dan hidayah. Juga bagi mahasiwa perantauan ini pun demikian. Bukan karena suasana nya yang membuat kami lebih memaknai hidup tapi kita akan berpesta makanan di setiap bulan puasa. Maklum kami sering kesulitan makanan nih. Paling banter kami makan tahu bunting (tahu isi) Bertarawih adalah bagian dari aktivitas Ramadhan, meski bersifat sunnah namun tak lengkap ramadhan kita kalau tak bertarawih. Bagi pengurus masjid sudah menjadi keharusan bagi mereka mencantumkan nama-nama pemberi kultum (kuliah tujuh menit) yang memang bagian dari tarawih.Kebetulan di tempat kami ada 11 rokaat sebelum witir akan ada kultum terlebih dahulu. "Bang.. lo bagian yang pertama ngasih kultum ya.." Teriak Djiaul sambil menulis daftar pemberi kultum. "Boleh.... tapi tolong cari temanya ya agar kultum kita bisa sejalan dengan teman-teman yang lainnya." Sibuk rasanya mencari materi kultum untuk tarawih nanti. Bukan karena kami tidak terbiasa berbicara di depan umum, namun karena ada kebiasaan sedikit berbeda dari penduduk di mana tempat kami tinggal. "Kuliah tujuh menit ya harus tujuh menit tidak boleh lebih, kurang boleh" kata pengurus masjid Itulah yang membuat kami harus menyikapi dengan bijak. Tidak terbayang malunya kalau pas memberi kultum di dehem-dehem  sama warga secara halus meminta turun atau salah satu warga pura -pura keluar dan setelah berhadapan dengan pemberi kultum dia akan menunjuk-nunjuk tangannya, meski tidak ber jam menandakan waktu habis.. teeettttttttt Itulah sedikit cerita unik para mahasisa yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan masjid besar. Agent Of  Chenge (agent perubah) dipertaruhkan di sini. Martabat kami sebagai makhluk kelas menegah terpelajar harus dibuktikan dengan nama kultum. Seklumit materi yang kubacakan sangat singkat dimulai dari pembuka surat Albaqarah 183  perintah tentang puasa dan biasanya menjadi andalan teman-teman yang lainnya  dan materi pokok. Ini adalah materi yang sampai saat ini terpatri dari diri pribadi sebagai pelaku sejarah pemberi kultum versi mahasiswa . Surat Al Lukman Ayat 18 berbunyi :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan

janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Luqman:18)

Memberikan materi yang menurutku ringan ini ternyata membawa dampak yang luar biasa. Kita tidak bisa berkata -kata yang tidak sesuai dengan kepribadian kita (munafik) karena ada esensi dari ayat ini yang akan membawa kita pada sikap terbaik yang Allah perintahkan kepada kita melaui kisah keluarga Lukman yang tersurat dalam Alquran.

Dari  hadits Rasulullah yang dikutipkan Ibnu Katsir, dimana kepada kita dianjurkan untuk bersodaqoh “Walaupun hanya dengan menjumpai saudaramu sementara wajahmu itu ceria, dan janganlah memakai pakaian yang terseret (isbalul ijar) karena itu bentuk ketakaburan dan Allah tidak menyukai  kesombongan itu,”

Disebutkan pula, kata Ali bin Abi Talhah, “Janganlah kamu bersifat takabur merendakan orang lain dan berpaling tidak mau berhadapan ketika mereka berbicara kepadamu” sebetulnya orang menampakan ketakaburan itu tujuannya agar dirinya dihormati tapi dengan sikapnya seperti itu justru orang menjadi tidak simpati, kalau ingin dihormati kita harus memuliakan orang lain.

Ada sebuah pesan yang cukup bagus dari Khalili bin Ahmad ketika dia berdo’a “YaAllah jadikanlah aku disisimu termasuk orang yang paling tinggi derajatnya, dan jadikanlah aku dalam diriku orang yang paling rendah dan ditengah-tengah manusia menjadi orang yang biasa-biasa saja” Ada cerita seorang pengusaha yang berjiarah ke seorang kiyai, ketika dia datang mendapat sambutan yang istimewa padahal pertama kali dan kiyai itu belum mengenalnya tapi dia dilayani seperti seorang tamu, bahkan air minumnya langsung diberikan oleh kiyai itu,  sampai dia berkata “saya tidak pernah mendapatkan perlakuan istimewa dari orang yang terpandang selain dari kiai ini,” dampaknya sungguh luar biasa semua sodaqohnya diberikan kepada kiai itu saja, bagaimana kita lihat dampak dari akhlaq yang mulia. Semakin kita tawadhu derajat kita akan semakin tinggi.

Para pembaca yang budiman saya tak bisa menghitung berapa menit kultum  yang sudah berjalan yang pasti teman-teman kost sudah mulai mengerlingkan matanya . ting- ting- ting-  entah apa artinya ? karena kebiasaan warga dalah berdehem dan menunjuk-nunjuk tangannya bila mau menghentikan kultum seseorang  . hehehehehhehe

Selamat menikmati.

Sumber dari : http://layananquran.com/plq/index.php?option=com_content&task=view&id=74&Itemid=9

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline