Lihat ke Halaman Asli

Bu Risma (Tri Rismaharini) bercerita tentang Surabaya di MODIS

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395597428379744677

Ini adalah pengalaman saya pertama kali ikut acara MODIS (Monthly Discussion) yang diadakan oleh Kompasiana. Secara jadwal acara tersebut dimulai pukul 14.00-17.00 WIB. Namun karena saya takut telat akhirnya saya putuskan berangkat lebih awal. Sampai juga akhirnya di gedung Kompas Gramedia Jl. Jemursari Surabaya pukul 13.00 WIB, untung tidak macet, tapi suasana siang itu terik sekali, bisa dimaklumi karena Surabaya bukan wilayah pegunungan. Ternyata disana masih ada beberapa orang saja yang sudah datang dan tidak satupun yang saya kenal. Tidak begitu lama saya menunggu, saya lihat orang yang baru saja masuk dari pintu masuk. Ternyata teman kuliah saya, Mas Agil Sibawaiyh. Kita saling terkejut karena saling tidak menyangka jika bakal bertemu karena memang kita tidak janjian sebelumnya. Asyik akhirnnya saya tidak 'ngacang' sendiri sambil menunggu bu Risma datang.

Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke lantai 6 tempat diadakannya acara MODIS dan menunggu disana. Sedikit kecewa karena ada kabar bahwa bu Risma akan datang telat karena memang sedari awal diundang beliau menghimbau bahwa kemungkinan akan datang telat, begitulah kabar yang kami terima waktu itu. Untuk mengusir kejenuhan, saya sesekali mengajak ngobrol Agil, karena memang kita bersebelahan atau saya bermain gadget yang saya genggam.

Cukup lama juga saya menunggu dan saya melihat semua kompasianer yang tadinya saling bercanda tiba-tiba hening dan semua menoleh ke belakang. Ternyata Bu Risma datang. Waktu beliau datang sekitar pukul 15.10 WIB. Saya sempatkan untuk menjabat tangan beliau, karena memang semua kompasianer menggerumuni saat beliau datang. Ini bukan pertama kalinya saya bertemu beliau, namun ini yang paling berkesan bagi saya karena saya berkesempatan untuk mengikuti dialog langsung dengan beliau, terlebih membahas kota Surabaya dalam pemerintahan beliau.

Sedikit cerita saya tentang bu Risma dimata saya. Beliau adalah pemimpin wanita yang sangat tangguh dan lurus. Mempunyai idealisme yang kuat, berdedikasi sebagai kepala pemerintahan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kota yang dipimpinnya. Pemimpin yang berani berbeda dalam mengambil keputusan, bisa dilihat pada kasus penolakan tol tengah atau penaikan pajak reklame, pemimpin yang tegas dan sangat peduli dengan masyarakat yang termarginalkan. Andai semua pemimpin negeri ini seperti beliau, mungkin gambaran Indonesia seperti Surabaya kini. Begitulah saya memandang bu Risma, walau tidak semua insan memandang sama seperti saya.

Sapaan yang hangat disambut gelagak tawa saat bu Risma dengan minyak anginnya. Saat duduk pertama kali, bu Risma minta diambilkan minyak anginnya oleh ajudannya. Sambil mengoleskan di kepala dan dihidung, bu Risma dengan ramahnya mengatakan, “Maklum, sudah tua, ya begini ini kalo saya lama kena AC.” Spontan kompasianer yang hadir pun tertawa. Keramahan bu Risma tidak hanya itu. Sebelum beliau memaparkan materi beliau bercerita tentang perjalanan beliau ke gedung Kompas Gramedia. “Saya tadi kesasar di Margorejo.....” Ujarnya.

Sebelum dimulai sesi tanya jawab, bu Risma memaparkan sedikit materi tentang perkembangan kota Surabaya. Materi seputar pemberdayaan lansia di Griya Werda, peningkatan mutu pendidikan dengan program BOPDA, pengelolaan aset kota seperti taman kota, laut, tenaga kerja dan lain sebagainya. Beliau sangat prihatin dengan kemiskinan, karena menurut beliau kemiskinan di harta dapat memiskinkan mental juga. Begitulah paradigma beliau dalam memberantas kemiskinan di Surabaya.

Sesi tanya jawab berbincang mulai topik ringan hingga topik yang cukup serius. Banyak hal yang diutarakan bu Risma pada waktu itu. Mulai dari pendidikan yakni bagaimana sepak terjang beliau mencari satu demi satu anak yang putus sekolah agar bisa kembali bersekolah lagi, lalu tentang transportasi yakni bagaimana rencana rekayasa transportasi di Surabaya dengan jalur monorel dan peremajaan angkutan kota, sempat menyinggung juga berkenaan tentang pemerintahan yakni bagaimana ketegasan beliau dalam meningkatkan kualitas pegawai negeri sipil di Surabaya. “Sekarang surabaya sudah punya lapangan futsal, Gratis ini, kalian tahu karpetnya ini kw1, untuk satu lapangan futsal seperti itu kira-kira butuh lima ratus juta.” Begitulah yang dikatakan bu Risma saat berbicara tentang topik rekreasi dan hiburan. “Belum tahu kan sawah di Surabaya? Nah ini (sambil melihat slide powerpoint) sawah di surabaya, sekarang sudah ekspor lho cabe dari surabaya, ya meskipun ekspornya di Tangerang dan sekitarnya, hahahaha tapi kan tetap ekspor.” Ujar bu Risma berbicara pertanian di Surabaya yang diiringi tawadan tepuk tangan dari yang hadir dalam dialog itu. Tidak luput dari pembahasan juga cerita tentang bonek dan permasalahannya. Bu Risma juga membicarakan bagaimana i’tikadnya untuk menutup prostitusi di Surabaya. Bukan hal yang mudah, karena beliau juga dilema akan nasib yang warga yang bekerja di prostitusi itu. Namun hasil nyata telah terbukti seperti eks.prostitusi daerah Dupak Bangunsari yang kini menjadi salah satu home industri di Surabaya. “Ada yang buka warung, jadi pedagang keliling, ada yang membatik, seperti ini batiknya (sambil menunjukkan gambar di powerpoin), nama batiknya Risma Ratu, tapi bukan saya lho yang ngasih nama, mereka sendiri yang ngasih nama itu, hahahaha..tapi bener lho, batiknya sekarang juga sudah ekspor.” Begitulah keramahan beliau menyampaikan gagasannya tentang pemberdayaan masyarakat dengan suasana yang sangat hommy.

Dialog berakhir pukul 17.00 WIB saat itu. Dan kami yang hadir pun berkesempatan untuk foto bersama dengan beliau. Inilah jepretan yang sempat saya ambil dengan kamera hp seadanya.

13955977671450520161

Semoga masa depan negeri ini bisa dibangun oleh orang-orang seperti bu Risma atau bahkan jauh lebih baik dari beliau. Masa depan negeri ini ada di tangan kita sebagai warga negara. Bu Risma adalah contoh kecil rakyat yang peduli terhadap nasib bangsa ini ditengah hiruk pikuk suasana yang tidak sehat diperpolitikan. Ternyata masih ada orang baik yang bisa selamat di dunia politik negeri ini. Walau mungkin dengan usaha yang amat sangat susah. Namun motivasi yang tidak akan pernah saya lupakan dari beliau bahwa tidak ada sesuatu yang tidak bisa dirubah. Itu berarti serusak apapun atau seburuk apapun yang ada dihadapan kita, tidak ada yang tidak mungkin untuk dapat kita rubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline