Setiap apa yang aku cerna oleh otak dan tubuhku adalah sumber dari kehidupanku selama ini. Aku hidup dengan ragaku. Aku berlari dengan jiwaku. Aku terbang dengan impianku. Tak semua orang mengerti jalan hidupku. Begitu pula aku. Aku tak pernah tahu ke jalan mana tubuhku ini akan berjalan mengais nafas. Aku terus berjalan mencari makna dari apa yang selama ini pernah aku singgahi.
Aku berjalan di tengah duri tajam. Aku berhenti diatas bebatuan. Aku sendiri bak seorang pemberani yang menantang ujung nyawaku sendiri. Aku hanya ingin menjauh dari mereka. Aku hanya ingin pergi tanpa bayang-bayang mereka yang memenuhi isi otakku. Panasnya rasa yang menyentuh telapak kakiku seolah semakin membuat hidup ini sempurna menantang kebuasan di luar sana. Aku takkan pernah peduli pada sepiring cinta palsu yang mereka tawarkan ke dalam menu hidupku.
Aku ingin mencabikmu seolah aku ini membawa segunung dendam untukmu, ya khusus untukmu. Seorang manusia yang telah membuat aku berada di dunia ini. Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Aku hanya bisa membencimu, tidak lebih dari itu. Aku menyimpan dendam untukmu. Aku menyimpan seribu meriam yang siap kuledakkan saat kau melewati depanku. Aku muak dengan semua kata-katamu. Kau bukanlah yang selama ini aku cari. Aku mencari ayahku, bukan kamu. Aku mencari seseorang yang siap melindungiku dari setiap panas, hujan, hentakan dan keresahan, bukan kamu. AKU TIDAK PERNAH MENCARI KAMU!!!
Jika aku boleh memilih, aku ingin bukan namamu yang tertulis di selembar surat kelahiranku. Siapa kamu sebenarnya? Siapa kamu?? Ah sudahlah, siapapun kamu, aku merasa kau tidak begitu penting untukku. Pergilah dengan semua egomu! Jangan pernah engkau sekali-kali pulang ke rumahku karena aku bukan boneka kayumu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H