Lihat ke Halaman Asli

Transformasi Pendidikan STEAM Berbasis Sibernetik untuk Anak Usia Dini, Wujud Nyata Visi Prabowo-Gibran

Diperbarui: 6 Desember 2024   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dihasilkan menggunakan Copilot dari promt Transformasi Pendidikan STEAM di PAUD

Halo pembaca,

Pernahkah Anda membayangkan, seperti apa masa depan bangsa kita di tengah era global yang serba berbasis teknologi? Saat ini, pendidikan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics) menjadi kunci untuk menjawab tantangan tersebut. Namun, fakta mengejutkan datang dari data terkini, hanya 34 persen dari 6 juta mahasiswa aktif di Indonesia yang memilih bidang STEAM, sementara mayoritas, yakni 66 persen, berada di ranah sosial-humaniora (Soshum).

Kesenjangan ini menuntut perhatian serius. Pengamat pendidikan Ina Liem mengingatkan, rendahnya jumlah mahasiswa di bidang STEAM dapat melemahkan daya saing bangsa. STEAM bukan sekadar pendidikan teknis, melainkan fondasi untuk melahirkan inovasi dan pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke panggung global. Penyembab mahasiswa tidak menyukai STEAM diantaranya STEAM dianggap sebagai bidang yang sulit, terutama karena melibatkan matematika, sains, dan teknik yang membutuhkan pemikiran analitis tingkat tinggi, di tingkat sekolah, siswa sering kali kurang terekspos pada aplikasi nyata dari STEAM dalam kehidupan sehari-hari, biaya pendidikan yang cukup tinggi.

Lantas, bagaimana solusi untuk tantangan ini? Simak langkah-langkah strategis dan kebijakan visioner yang telah dirancang demi membangun generasi unggul Indonesia!

Pentingnya Pendidikan STEAM di Jenjang PAUD Untuk Membangun Masa Depan

Pendidikan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) untuk anak usia dini semakin mendapatkan perhatian di Indonesia, terutama dalam konteks mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan abad 21. Dengan meningkatnya kebutuhan keterampilan seperti kreativitas, pemikiran kritis, kolaborasi, dan komunikasi yang dikenal dengan 4C. penerapan STEAM di jenjang PAUD menjadi langkah strategis untuk membentuk kecerdasan yang holistik.

STEAM tidak hanya mengajarkan pengetahuan sains dan teknologi, tetapi juga melibatkan seni dan rekayasa, yang membantu anak mengembangkan kreativitas dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara inovatif.

Kurikulum Merdeka yang tengah diterapkan di Indonesia juga sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan berbasis STEAM. Kurikulum ini mengusung konsep inklusif yang memberikan ruang bagi setiap anak untuk belajar sesuai dengan potensi dan minat mereka, tanpa terjebak pada pendekatan yang kaku dan satu ukuran untuk semua. Dengan menekankan pembelajaran yang berbasis proyek dan pengalaman nyata, Kurikulum Merdeka mendukung pengembangan 4C yang menjadi dasar bagi kecerdasan abad 21.

Anak-anak tidak hanya diberi pengetahuan, tetapi juga diajak untuk terlibat aktif dalam proses belajar yang menyenangkan, berfokus pada eksplorasi dan eksperimen.

Dalam implementasi pendidikan STEAM di PAUD, keterlibatan orangtua sangatlah penting. Orangtua perlu menjadi mitra dalam proses pembelajaran anak, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka dapat memberikan dukungan emosional dan motivasi, serta menyediakan lingkungan yang kaya akan kesempatan untuk belajar melalui aktivitas bermain yang melibatkan sains, seni, dan teknologi. Keterlibatan orangtua juga dapat memperkuat hubungan antara keluarga dan sekolah, menciptakan ekosistem pendidikan yang saling mendukung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline