Lihat ke Halaman Asli

Yusak Persada

Seorang karyawan

Kompiang yang Masih Dibuat Secara Tradisional di Bandung

Diperbarui: 9 Oktober 2023   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok pribadi , Ivan sang generasi ke 4

Makanan  warisan Jenderal Qi Jiguang yang masih dibuat secara tradisional di Bandung

Sejarah Kompiang/Guang Bing
Menghadapi bajak laut Jepang yang makin kuat pada masa Dinasti Ming tidaklah mudah tapi Jendral Qi Jiguang dan pasukannya menghadangnya sampai di Fuzhou , ibukota propinsi Hokkien. Berhubung Jenderal Qi ahli strategi dia sadar kalau memasak akan menimbulkan asap dan wangi masakan dan tentunya bisa mengindikasikan lokasi pasukannya untuk diketahui pasukan musuh..

Di sisi lain bajak laut Jepang kabarnya  sih berbekal onigiri (nasi kepal) jadi mereka tidak perlu memasak. Akhirnya Jendral Qi menyisiasati dengan  menciptakan kue keras tahan lama yang di kemudian hari dikenal dengan  kompiang. Kue keras ini praktis banget, bisa dilubangi dan dikalungi  dileher pasukannya, jadi bisa dibawa ke mana-mana. Saat pasukannya menang atas Jepang  dan untuk menghormati Qi Jiguang maka,

makanan ini dinamakan Guang Bing yang artinya roti Guang atau kompia/kompiang.

Kompia Kaw Tuy,

Input sumber gambar

Kompia Kaw Tuy adalahsSatu-satunya pembuat Kompiang tradisional di Bandung masih dikelola oleh keluarga Kaw Tuy yang berlokasi di gang Parta Atmaja
Begitu melihat pemasakan kompiang langsung terbayang tempelan magnet kulkas, tapi semuanya ini di dalam tungku dan ini benar-benar tradisional banget. Setelah melewati pemanasan yang cukup kompiang ini bisa diambil.

Dokpri

Ivan terlihat bangga saat memperkenalkan dirinya sebagai generasi ke 4 dari pembuat kompiang/Kompia Kaw Tuy dan ia memperlihatkan foto keluarga dari sang kakek The Kaw Tuy, orang Hok Chia yang datang dari Tiongkok dan membuat kompiang ini sejak tahun 1920 di Bandung, saat ini Kompia Kaw Tuy dikelola sang papa yang sering dipanggil Ko Caca dan sudah bertahan selama 100 tahun.

Dokpri

Ivan , anak muda , generasi ke 4 yang sudah S2 bidang Hukum mengungkapkkan bahwa mereka akan tetap mempertahankan pembuatan dengan tungku tradisional ini daripada dengan oven.  Semoga bisa bertahan ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline