Sebagai mahluk sosial, berkelompok merupakan suatu hal yang dianggap sebagai bukti bahwa telah melakukan sosialisasi. Sekarang telah banyak bentuk-bentuk kelompok yang kerap kali disebut sebagai ormas di tanah airku yang tercinta ini. Sebagian kelompok tersebut memberikan efek yang baik dan positif untuk tanah airku Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian lagi justru malah memberi pengaruh negatif dan mengancam ketentraman masyarakat seperti perilaku-perilaku anarkis.
Berbicara mengenai kelompok yang melakukan anarkis ternyata ada sebuah fenomena konformitas (penerimaan) sosial yang penting untuk di pahami sebagai suatu hal yang melatarbelakangi terjadinya perilaku anarkis yang dilakukan oleh ormas-ormas tertentu yaitu DEINDIVIDUASI.
Deindividuasi adalah, keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, & Newcomb, 1952).
Hilangnya kesadaran diri mampu mengarahkan seseorang kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. "seseorang akan melakukan tindakan agresi yang tidak akan mereka lakukan saat mereka sendiri" juga sebagai akibat deindividuasi.
Pada dasarnya setiap orang memiliki nilai norma masing-masing yang diperoleh sepanjang perjalanan hidupnya, namun seorang anggota kelompok akan kehilangan norma yang ada pada dirinya dan hanyut terbawa oleh norma kelompok tatkala dirinya mengalami deindividuasi.
Bilamana seorang petinggi atau orang penting lainnya dalam kelompok mengalami deindividuasi bisa saja mengarahkan kelompok tersebut kearah anarkis oleh karena orang tersebut memiliki peran central dalam kelompok. Namun muncul atau tidaknya tindakan anarkis kelompok berdasarkan apa yang terjadi dalam diri anggota kelompok lainnya.
Pada saat anggota kelompok mengalami deindividuasi karena merasa bahwa perilaku anarkis yang terjadi akan menjadi tanggung jawab kelompok sehingga membuat nilai-nilai yang ada dalam dirinya terkubur dibawah sadar maka rencana tindakan anarkis kelompok telah yang dibuat oleh petinggi kelompok tersebut akan terealisasikan sebagaimana yang diinginkan sang ketua (provokator). Sebaliknya saat anggota kelompok yang lain tetap sadar akan nilai-nilai norma yang mereka miliki, maka rencana tersebut akan ditolak siapapun yang merancangnya.
Fenomena penerimaan sosial seperti ini perlu diperhatikan untuk intropeksi diri.
"Berbenah dirilah terlebih dahulu sebelum membenahi kelompok anda".
Bagaimana menurut Anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H