Lihat ke Halaman Asli

Memahami Asesmen Sebagai Bukti Pembelajaran

Diperbarui: 31 Oktober 2023   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini merupakan rangkuman dari video penjelasan tentang Modul Memahami Asesmen dari Platform Merdeka Mengajar yang dikemukakan oleh Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A yang merupakan Direktur GTK Dikdas, Ditjen GTK.

Pada awal video, diberikan penjelasan awal mengenai pengertian asesmen. Asesmen merupakan salah satu bukti atau informasi untuk memahami proses pembelajaran yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan. Materi asesmen ini memberikan pemahaman makna asesmen dalam fungsinya yang lebih berpihak kepada murid dan membantu murid mendapatkan pembelajaran yang bermakna bukan sekadar laporan yang berisi angka dan hasil belajar saja.

Sebagai contoh dalam kelas, ketika guru berkata kepada siswa:

"Anak-anak, minggu depan kita akan ujian.

Bagaimana tanggapan kebanyakan siswa kita?

Apakah: siswa merasa senang atau siswa mengeluh karena akan diadakan ujian. Atau mungkin saja guru pernah mendapati orang tua siswa yang ikut cemas ketika anak-anak mereka menghadapi asesmen apapun, misalnya Penilaian Harian, Penilaian Tengah Semester, dan Penilaian Akhir Tahun.

Kecemasan orang tua tentu beralasan, umumnya asesmen dipahami sebagai tahap penilaian atau bahkan penghakiman untuk menentukan apakah siswa berhasil menguasai materi yang telah diajarkan. Kadang, asesmen juga digunakan untuk mencari siswa siapa saja dengan ranking tertinggi atau lima besar.

Apakah tujuan pelaksanaan asesmen? Apakah untuk keperluan mengisi rapor? Atau untuk menentukan siswa yang pintar atau tidak? Siapa yang melampaui KKM dan yang tidak? Biasanya, asesmen dilakukan pada akhir penyampaian materi, berupa soal-soal yang sama untuk dikerjakan semua siswa. Dan hasilnya berupa nilai atau angka yang  mewakili kemampuan masing-masing siswa. Cara pandang asesmen sekadar sebagai alat untuk menghasilkan nilai, cenderung menghasilkan informasi yang terbatas dan bahkan ini bisa kontraproduktif dengan semangat pembelajaran.

Jika asemen dipandang sebagai alat penghasil nilai, maka: informasi yang akan dihasilkan juga terbatas, kontraproduktif dengan semangat pembelajaran. Apa akibatnya? Siswa yang mengalami kendala dalam menguasai materi akan mendapatkan nilai kurang. Pada saat yang sama, siswa yang cenderung mahir akan mendapatkan nilai baik. Tetapi, nilai tersebut hanya sebatas mengukur level pengetahuan saja. Tanpa memberi mereka peluang untuk meningkatkan pencapaian sesuai dengan kemampuan mereka.

Secara bertahap, melalui pembelajaran dengan paradigma baru, cara pandang terhadap asesmen pun bergeser. Asesmen tidak lagi sekadar menjadi tahap pelaporan dan penilaian kemampuan siswa, tetapi dipandang sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar.

Dengan demikian, tujuan utama asesmen antara lain memantau atau memonitor kualitas pembelajaran serta sebagai umpan balik perbaikan pembelajaran. Apa perbedaan antara keduanya? Karena memiliki fungsi memantau atau monitoring, asesmen bertujuan untuk memahami posisi siswa dalam rentang pembelajaran tertentu. Dengan demikian, perkembangan belajar siswa dapat teramati dari waktu ke waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline