merupakan salah satu judul artikel/kisah dari 78 judul dalam Buku berjudul Hikmah dari Langit (Refleksi Kebijaksanaan Sehari-hari) karangan Ust. Yusuf Mansur dan Budi Handrianto.
Allah SWT memberikan pelajaran kehidupan kepada umat manusia. Pelajaran dari Allah itulah yang dinamakan hikmah. Kita sering menerjemahkan hikmah dengan kebijaksanaan atau bijaksana. Dan di dalam Al-Qur'an istilah hikmah yang merupakan langsung dan asli dari Al-Qur'an disebut sebanyak 20 kali. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2: 269) yang artinya:
"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari Firman Allah)."
Hikmah yang mengendap di dalam pikiran dan hati sanubarinya, akan menjadi penggerak dan memandu hidupnya ke arah yang lebih positif. Hikmah ada bertebaran dimana-mana, tinggal bagaimana kita pandai-pandai melihat dan memanfaatkannya. Rasulullah SAW bersabda,
"Hikmah adalah harta milik kaum muslimin. Di mana pun kamu temui, boleh kamu memungutnya." (Al-Hadits)
Sir Bernard Shaw, seorang pujangga Inggris pernah berkata, "Jika saya punya sebuah apel dan Anda punya sebuah apel pula, lalu apel itu kita pertukarkan, maka masing-masing kita punya satu apel. Namun, bila saya dan Anda masing-masing punya sebuah hikmah, lalu hikmah itu kita pertukarkan, maka masing-masing kita punya dua hikmah, atau bahkan lebih.
Persoalannya, meskipun hikmah itu ada dimana-mana, tidak gampang seseorang untuk mengambilnya. Ada kalanya memang susah untuk diambil, terkadang pula seseorang malas untuk mengambil. Kemampuan mengambil hikmah juga tergantung masing-masing individu.
Yahya bin Mu'adz ar-Razi berkata, "Hikmah itu turun dari langit. Ia masuk ke dalam hati setiap insan, terkecuali hati empat macam, yaitu:
- yang condong pada harta dunia,
- yang risau rezeki esok hari,
- yang hasud akan saudara,
- yang Cuma mengejar posisi duniawi."
- Yahya bin Mu'addz ar Razi juga berkata, "Seorang yang punya akal sempurna akan mengerjakan tiga sebelum menjadi tiga.
- Meninggalkan dunia sebelum ditinggalkannya
- Membangun kuburnya sebelum dimasukkannya
- Mengerjakan apa yang Allah ridha sebelum menghadap-Nya
Penjelasan tentang orang-orang yang tidak dapat menerima hikmah:
Pertama, orang yang hatinya condong pada kehidupan dunia.
Apa yang dipikirkan selalu menyangkut harta kekayaan. Penghitungannya selalu untung rugi. Logika yang dipakai adalah logika materialisme. Ia sama sekali tidak memperhatikan aspek spiritual atau ruhani. Tentu orang seperti ini tidak dapat memetik hikmah. Dirinya sudah berusaha sekuat tenaga. Contoh: Ia mencoba membangun bisnis kuliner. Setelah persiapan dan pengorbanan yang cukup besar, warungnya tidak laku. Ia sama sekali tidak mau menerima kegagalan yang diterimanya.