Lihat ke Halaman Asli

Naik Gaji = Mengemudi Selamat???

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebetulan saya sering melakukan perjalanan dinas antara Palembang sampai ke Pekanbaru, dengan melalui perjalanan darat. Kalau yang namanya kecelakaan atau nyaris celaka sudah tak terhitung yang terlihat di depan mata. Dan kalau lihat dari informasinya memang rata-rata sekitar 40.000 korban jiwa terenggut setiap tahunnya dalam kecelakaan lalu lintas.

Apakah pemakai jalan atau bahkan pemerintah menaruh perhatian untuk masalah ini? Saya tidak begitu yakin, terlihat dari masih banyaknya pengendara yang ugal-ugalan. Dari sisi pemerintah sendiri dinilai masih kurang sosialisasi kepada masyarakat untuk menggunakan jalan raya dengan baik dan benar, yang seharusnya juga bisa dilakukan dengan cara memperketat pengurusan SIM dan pemeriksaan surat-surat berkendara. Mudah-mudahan bukannya tidak perhatian pada jumlah korban jiwa per tahun itu karena adanya lebih 4 juta jiwa yang lahir setiap tahunnya :)

Untungnya bagi beberapa perusahaan (termasuk tempat saya bekerja), keselamatan kerja termasuk keselamatan berkendara menjadi perhatian utama dalam operasinya. Dengan cara pembiasaan berkendara aman dan selamat (dapat dilihat dari program “Defensive Driving”) dengan target yang ingin dicapai adalah “Zero Accident”.

Sedikit opini menarik yang didapatkan saat ngopi bareng beberapa rekan kerja, ternyata pembiasaan berkendara aman itu bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi cara mengemudi karyawan. Monitoring kecepatan dan posisi mobil (Drive Right dan GPS) memang mengaplikasikan sistem penilaian untuk “pengemudi yang baik” dan “pengemudi yang nakal”, sehingga sedikit banyak memang mengarahkan karyawan untuk menjadi pengemudi yang lebih baik. Tetapi muncul juga pengakuan bahwa kecepatan mengemudi seseorang biasanya berkurang beberapa persen sejalan dengan kenaikan gajinya.

Apakah pendapat terakhir dapat diterima? Mungkin butuh study lanjutan, dan akan saya sampaikan lagi kalau saya sudah “mengalaminya”

Salam dari Palembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline