Lihat ke Halaman Asli

Yustrini

Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Generasi Solutif di Tengah Kesulitan

Diperbarui: 13 November 2018   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul 17:00 WITA.

Minibus yang kami tumpangi terus berjalan membawa rombongan pertamaku menjauhi pintu hutan konservasi. Tugasku hari ini mengantar 6 orang tamu pertamaku menelusuri alam di kawasan Indonesia Timur yang kaya berbagai spesies tanaman dan hewan. Aku yakin ini adalah ide bisnis wisata yang bagus, terbukti aku mendapatkan satu turis mancanegara dalam rombongan pertamaku. Dia adalah Fred (78) yang juga seorang ahli Biologi, tujuannya selain berlibur tentu saja untuk menelusuri kembali jejak Alfred Wallace di Indonesia. Siapakah Alfred itu? Fred sudah menjelaskannya tadi tapi saya tidak tahu detailnya. Garis besar yang kutangkap dari percakapanku dengan Fred bahwa Alfred Wallace adalah seorang penemu teori evolusi seleksi alam bersama Charles Darwin. Dia pernah menelusuri Indonesia untuk meneliti berbagai spesies burung di Indonesia dan sekitarnya.

Bukti lainnya, ada Anggi (21) seorang mahasiswi  yang dari sejak berangkat ia sibuk memotret untuk mengisi Instagram dan berniat untuk menuliskan pengalaman jalan-jalannya di dalam sebuah blog. Aku berpikir pasti hal itu sungguh berarti dalam hidupnya sampai-sampai ia mau membiayai adik kelasnya Kanaya (19) yang terlihat justru kurang menikmati perjalanan ini. Kanaya lebih banyak berteriak ketika ada hewan kecil yang lewat di depannya saat hiking di hutan tadi. Ia tak membawa tas, hanya botol minum, ponsel dan topi. Tujuannya pasti agar bisa lari secepatnya saat ada serangga atau binatang buas.

Terakhir ada satu keluarga kecil yang bahagia. Lukman (40) seorang pegawai berdedikasi, ingin mencoba hiking bersama istrinya Prita (35) dan anak mereka Kevin (8) yang diajak jalan-jalan kealam untuk terapi asmanya. Keluarga ini cukup kompak untuk melakukan kegiatan bersama-sama, besok mereka akan menempuh perjalanan lagi ke Jakarta untuk mendatangi acara Kompasianival 2018.

Pukul 17:30 WITA.

Her (50), sopir kepercayaanku tiba-tiba menepi dan menghentikan kendaraan. Ia bergegas turun memeriksa bagian mesin mobil. Aku mengikuti dengan pandanganku dan mulai mengerti jika ada masalah dengan minibus tua ini saat melihat raut penyesalan di wajah Her. Ia bolak-balik membongkar bagian belakang minibus, ternyata ada kebocoran air radiator yang menyebabkan mobil menjadi overheat. Padahal jarak ke penginapan masih 31 Km lagi.

Fred turun, ia meminta ijin masuk ke dalam bagian hutan yang lebat untuk BAB.

"Oke, jaga dirimu Fred! Bawalah peralatan yang kau perlukan agar tidak tersesat," ujarku yang lalu kusesali kenapa mengatakan kepada orang yang biasa bekerja di hutan dan diantara kami dialah yang membawa bekal paling lengkap.

Turis itu mengacungkan jempol seraya mengucapkan terima kasih dalam bahasa Indonesia yang kaku dan berjalan dengan tongkatnya. Aku menyuruh Her agar bisa beristirahat sejenak mengingat ia memiliki riwayat penyakit jantung. Her segera menenangkan diri dan kini ia berjongkok mengamat-amati mobilnya dengan seksama.

"Ada apa?" Kanaya segera membenarkan posisi duduknya, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Dengan segera ia menyalakan baterai ponselnya untuk mengusir kegelapan, anak itu memang sangat takut dengan kegelapan.

Gerakan Kanaya itu membuat seluruh rombongan mulai terbangun dari tidurnya. Kevin mulai panik, ia memegang erat tangan kedua orangtuanya. Kuharap asmanya tidak kambuh di saat-saat seperti ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline