Lihat ke Halaman Asli

Tangisan Ibu Pertiwi

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika aku membuka mataku dari peristirahatanku dimalam yg panjang aku disambut oleh cerahnya mentari seketika itu terlihat hamparan alam yang luas nan indah yang terlihat dari jendela kamarku. akupun melangkahkan kakiku keluar rumah untuk merasakan kesejukan alamku yang indah dan alami, disekitarku saya melihat teman-temanku beraktifitas dan bermain riang dan gembira, terlihat pulah tatanan-tatanan rumah-rumah penduduk yang rapih dan bersih serta warganya pun sejahtera dan damai senangnya rasa hatiku berada ditengah-tengah kedamaian dan akupun mengucapkan rasa syukur terhadap Tuhan yang maha Esa atas segala limpahan dan karunianya... namun aku dikejutkan dengan suara berisik suara teriakan disertai ketukan palu sidang serta suara jeritan minta ampun dan aku terbangun dari tidurku akupun sadar bahwa ternyata semua ini hanyalah mimpi... tidak ada lagi mentari yg cerah yang ada hanyalah hujan dan cuaca panas disertai banjir dan kekeringan...  tidak ada lagi teman2ku yang bermain riang gembira yang ada hanyalah anak-anak yang menjual koran dijalanan yang tak merasakan indahnya masa-masa kekanak-kanakan.. tidak ada lagi rumah-rumah penduduk yang tertata rapi yang ada hanyalah rumah-rumah kumu yang dihiasi sampah yang berserakan dimana-mana... ternyata semua itu hanya mimpi... dahulu ibu pertiwi bangga akan bangsanya yang selama kurang lebih 300 tahun berada dalam masa penjajahan dan mampu keluar dari masa itu, begitu sulitnya ketika senjata-senjata yang satu kali dorr!!! mampu membunuh dua atau tiga orang, dilawan dengan sebatang bambu yang diruncingkan, betapa tersiksanya dikala itu bermalam ditengah2 hutan dengan perasaan yang tidak tenang akan adanya serangan dari lawan namun semua itu tidak luput dari semangat nasional semangat yang tumbuh dari dalam jiwa bangsa ini, hingga akhirnya kita tuai hasil dari usaha itu yaitu "MERDEKA" inilah puncak kebanggaan sang ibu pertiwi.. namun sekarang sang ibu pertiwi itu kini tertunduk diam dan meneteskan air mata, dahulu waktu perang, yang dilawan adalah penjajah dari bangsa lain tapi sekarang yang dilawan adalah bangsa kita sendiri ketika kita perang melawan koruptor, ketika kita perang melawan kepentingan pribadi ketika kita melawan kemiskinan betapa sulitnya mengalahkan semua itu karena dahulu waktu perang melawan penjajah mengalir dalam darah jiwa nasional dan jiwa kebersamaan tapi sekarang yang mengalir adalah jiwa egoisme jiwa yang tak tau malu jiwa yang tak mempunyai kesadaran, walau beribu tetsan air mata sang ibu pertiwi tidak akan merubah segalanya selama kita belum sadar akan semua ini selama bukan kit sendiri yang merubah dirikita... tetes demi tetes airmata sang ibu pertiwi sembari berkata: Benarkah kita sdh Merdeka... Klo masih bnyk anak2 bangsa kita Yg tdk Bisa menikmati pendidikan..?? Benarkah kita sdh merdeka... dikala rakyat ini masih Bnyk yg meradang Akibat kemiskinan...?? Benarkah kita sdh merdeka... di mana Ksehatan trlalu Mhal buat rkyat miskin..?? benarkah kita sdh merdeka... Dmn rakyat ini sering khilangan tempat tinggal nya..?? dimanakah sebenarnya kemerdekaan itu...??? apakah kemerdekaan itu hanya dimiliki oleh para pejabat... apakah kemerdekaan itu hanya untuk orang-orang yang berduit..?? lantas dimana kemerdekaan bagi mereka yang terlantar di jalan, bagi mereka yang tidur di emperan2 tokoh.. bagi merekah yang meng korek-korek tong sampah.. bagi mereka yang tuah rentah sembari memikul sekeranjang batu di pundaknya..??? dan bagi mereka yang ingin berseragam seperti teman2nya yang lain yang memakai sepatu bermerek, memakai baju yg mahal...  untuk siapakah sebenarnya kemerdekaan itu..??? dimana fungsi dari kekuatan hukum

BAB XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJHTERAAN SOSIAL

"pasal 34 ayat 1..???"

Pasal 34 ayat (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

dimana fungsi dari kekuatan hukum tersebut.. ketika para pedagang asong di tindas oleh pamumpraja.... ketika rumah2 dan tempat tinggal rakyat digusur demi pembangunan gedung bertingkat untuk para koruptor... sungguh negeri yang kehilangan nurani... apakah nurani itu sudah tidak ada lagi pada dirikita diri bangsa indonesia.. ibu pertiwi pantas menagis melihat semua itu..... maafkan aku bunda sebagai generasi penerus bangsa saat ini aku tidak mampu memelihara kemerdekaan yang telah kau rebut dari tangan penjajah... maafkan aku bunda ketika aku sebagai generasi penerus bangsa tidak mampu menahan nafsuku untuk melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme... maafkan aku bunda sebagai penerus bangsa, tidak mampu mempertahankan harga diri dan kedaulatan bangsa ini. maafkan aku bunda sebagai penerus bangsa aku tidak mampu menjaga tanah airmu yang subur nan indah ini dari bencana alam yang disebabkan oleh ulah kami sendiri yang suka menebang pohon secara liar, yang suka membuang sampah sembarangan, yang suka mengambil ikan dengan cara pemboman, meracun yang akhirnya merusak ekosistem itu sendiri, yang suka menambang secara liar.... sungguh aku minta maaf bunda.. dengan air matamu semoga dapat menyadarkan pola fikir kami menjadi pola fikir yang terpuji.... sebuah renungan untuk negeri ini akan situasi yang dialami saat ini..... semoga bermanfaat selamat ulang tahun indonesiaku... DIRGAHAYU RI KE-65




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline