Lihat ke Halaman Asli

Bunga: Demonsratif Cinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" bukan bunga yang mengenal kelas soSial, bagaimana dengan cinta?"

Tempat terindah bagi bunga adalah di pohonnya, ujar wanita yang baik. Tapi, pasti anda juga tahu, belakangan ini di sejumlah perempatan jalan, seperti di Blok M (Jakarta), Dago (Bandung) misalnya, muncul para penjual bunga - bunga yang dipetik dari pohonnya. Ada kanak-kanak, remaja, bahkan seorang ibu tapi tidak seorang bapak-bapak. Ya, mereka yang menjual bunga - bunga tersebut.sebut saja Mawar yang biasanya dibungkus plastic dengan tangkainya yang panjang, seperti siap dipersembahkan kepada seseorang. "bunga - bunga itu dijual dengan maksud apa?" dan yang terpenting gagasan apa yang ada di balik penjualan bunga - bunga tersebut?

Bunga yang dijual itu adalah "setangkai bunga" (bukan seberkas atau sehimpun bunga) tentunya tidak akan dibeli oleh seseorang untuk dirinya sendiri, misalnya untuk ditanam kembali, lha wong tidak ada akarnya, he.hee.heeeh! bunga itu di beli tampaknya untuk dipersembahkan untuk seseorang, semacam pacarlah begitu. Biasanya yang membeli itu pria dan dipersembahkan kepada wanitanya. Segera terbayang seorang pemuda berpakaian rapi mengetuk pintu dan wanita muncul dari balik pintu dan pemuda itu segera memberikan bunga yang dibelinya di perempatan jalan itu, tentu dengan senyuman harap - harap cemas.

Persoalannya adalah seberapa ampuhkah jurus bunga ini mampu memikat hati seorang wanita? Bukankah bisa saja wanita yang menerima bunga tersebut berkata jujur, "lho, ini maksudnya apa?". Masih untung jika si wanita tidak berkomentar, "Oo, ini cinta kamu ya?" hal itu bisa saja menjadi perkara lucu di antara mereka. Bahasa bunga untuk menyatakan cinta itu cara dari mana? Mau dibuka kitab adat istiadat dari Sabang sampai Marauke, tentu tidak akan ketemu rumusannya : jika anda memberikan bunga cinta dan berharap wanita itu mencintai anda. Sekalinya ketemu sesuatu tentang bunga, bagi orang pulau Jawa ternyata bunga Mawar cocok untuk di sebar di kuburan.

Penjual bunga muncul dijalanan pada akhir pekan ("weekend", kata metroseksual) dan tentunya setelah hari mulai malam. Maksudnya mungkin mencegat orang sebelum berangkat "Apel" (apakah zaman sekarang masih ada - yakni ngobrol di ruang tamu orangtua si pacar?), atau menjemput pacar untuk pergi ke suatu tempat entah kemana. Jadi, meski tanpa investegasi, mungkin tidak terlalu keliru, bunga tersebut dijual agar di manfaatkan sebagai pernyataan cinta. Bahwa dalam adat istiadat nusantara tradisi itu tidak pernah ada, bukanlah masalah besar, karena "adat istiadat" masa kini bersumber dari media massa.memberikan bunga kepada pacar bukanlah sesuatu yang tidak dikenal. Minimal hampir selalu terlihat di film, baik film Hollywood, Bollywood bahkan sekarang Indonesia sendiri. Ada indikasi kuat pemberian bunga kepada pacar sudah menjadi gejala, buktinya sang pedagang jeli membaca gelagatnya, berani mempertaruhkan modal dengan menjual, mereka percaya sang Don Juan itu romantic.

Di tengah krisis tak habis - habis, pemandangan orang menjual bunga cinta ini melegakan dan menyenangkan. Orang masih berani mencintai dengan terang - terangan, dan alangkah hebatnya jika pada saat yang sama siap ditolak. Tentu saja, memang hati bisa dibeli dengan bunga? Tapi bagi yang beranggapan bahwa cinta berarti memberi dan hanya memberi saja, ditolak atau tidak ditolak sama saja artinya bukan? Katanya mencintai saja merupakan sesuatu yang membahagiakan. Atau saya keliru?

Begitulah, bahkan ketika hari telah menjadi larut malam, masih saja anak-anak itu mengacungkan bunga ke kaca - kaca jendela mobil, seperti menawarkan untuk mencintai seseorang. Mungkinkah mereka tahu banyak orang yang sudah kehilangan cinta? Saya tidak membayangkan anak - anak muda dengan rambut di cat dan celana belel pura - pura jebol dengan musik di mobilnya berdegum - degum yang akan membelinya. Gue bayangkan seseorang membeli bunga dengan malu tapi tentu ada juga yang demonstratif dengan langsung mempersembahkan kepada pacar di sebelahnya. Rupa - rupa metro seksual mulai belajar bahasa bunga yang sebelumnya hanya berarti "bunga bank".

Sementara bunga - bunga tersebut tidak dijual diantara bis kota, gerbong - gerbong kereta, warteg ke warteg, tentunya warung klontong apalagi para sales marketing door to door yang dari kampung satu ke kampung lain. Tidak terbayangkan oleh gue.

Bunga itu ternyata berpihak. Apakah cinta juga harus berpihak?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline