Ini merupakan awal pertemuan kita, kau sebagai pembaca akan cukup sering bertemu denganku. Mungkin, tidak di tempat ini, bisa saja aku muncul di tempat yang lain. Ah, sebelum itu perkenalkan dulu namaku Parno, aslinya Pariwara Notosuseno. Tak perlu kau tahu bagaimana kehidupanku, cukup mengenaskan dan tak layak mendapatkan perhatian dari kalian semua, apalagi inspirasi. Hahaha, ya, apa yang bisa kau dapatkan dari cerita tentang kehidupanku yang dulu? Aku rasa tak ada. Ya, kurang lebih kehidupanku seperti pejabat masa kini. Lho? Heran ya?
Memang, tak lengkap rasanya tidak menceritakan tentang bagaimana dulu aku menjadi seorang preman. Aku bersama teman-temanku se-kampung sering kali bermain bola, tak jarang kami totoan (judi) dengan anak-anak kampung sebelah.
"Par, ntar main bola. Lawannya dari kampungnya si Panca," kata krimbul
"Oh, oke. Pasang berapa lu?" tanyaku
"Biasa, 10 ribu,"
"Oh, oke. Samain aja deh, gua.
"Oke, oh ya, jangan lupa ajak si nyambik dan si taufik. Ntar yang lain gua yang beritahu,"
"Sepp... btw, si Juan diajak ga?"
"Oh, si kacamata itu? Ajak aja, biar ga melulu pacara sama buku,"
"Mantab...!! kan, dia anak orang kaya tu. Dia temen kita juga, pasti akan masang banyak, kan?" dan si krimbul pun tertawa "Wakwakwkak, bisa aja lu,"
Begitulah, kami mengajak teman-teman kampung yang sederajat. Seumuran. Walau memang ada teman yang umurnya sedikit dibawah setahun, dua tahun dari kami, tapi permainan atau skill bolanya sangat mumpuni. Tentu, kami ajak.