Lihat ke Halaman Asli

Hipokondria Emosional

Diperbarui: 29 Januari 2021   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada masa ketika aku sangat dekat dengan kematian

Saat itu terasa begitu menyiksa

Padahal, bukankah aku selalu memimpikan kematian

Akupun menertawakan sesi-sesi konsultasi, dimana ruangan terasa dingin, ceritapun terasa cekat

Tak perlu aku menghitung-hitung berapa banyak jam kuhabiskan, berapa uang harus ku keluarkan setiap minggunya

Katanya aku butuh teman bercerita, karena tak pernah aku izinkan siapapun membuka tembok tinggi pada asliku

Nyatanya tuhan yang menjawab, yang aku butuhkan adalah titik ambang

Mati tidak, hidup juga tidak

Aku tidak perlu lagi menulis jurnal-jurnal bodoh, atau menulis hal yang perlu aku syukuri setiap harinya. Padahal semua yang aku tulis hanya karangan malas, untuk kamuflase benteng kokoh yang sudah terlalu tak tergoyahkan

Mungkin juga Moja yang menulis

Pada titik itu aku tak memiliki amarah lagi, aku yang bukan pemaaf tak peduli pada siapapun, apapun

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline