Lihat ke Halaman Asli

Yurika Agustina TH

Bimbingan Penyuluhan islam UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa PPP BPI UIN Walisongo Gelar Konseling Kelompok dengan Terapi Mindfulness ke Lapas Kedungpane dibawah bimbingan BNNP Jateng

Diperbarui: 27 September 2024   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Staff BNN Provinsi Jateng

Mahasiswa Praktikum Pengalaman Profesi (PPP) Kelompok 2 dari Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) UIN Walisongo Semarang kembali menunjukkan aksi kepeduliannya terhadap masyarakat dengan melaksanakan kegiatan konseling kelompok di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kedungpane. Kegiatan yang berlangsung pada hari Selasa, 17 September 2024, ini menggunakan teknik mindfulness sebagai pendekatan utama untuk membantu para narapidana lebih fokus pada kesadaran diri, mengelola emosi, menerima perasaan tanpa menghakimi, mengelola stres dan tekanan psikologis lainnya. Tim mahasiswa Kelompok 2 didampingi oleh Bapak Aloysius Ayusta Thobie A.S., S.Psi., selaku pembimbing lapangan di Lapas Kedungpane menerapkan terapi mindfulness dengan teknik kesadaran penuh yang terdiri dari empat langkah, yaitu: STOP 

  • S (Stop): Berhenti dan fokus pada saat ini.
  • T (Take a deep breath): Tarik napas dalam dan perlahan melalui hidung.
  • O (Observe): Amati sensasi yang dirasakan pada tubuh, pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitar.
  • P (Proceed): Lanjutkan aktivitas dengan lebih banyak kesadaran.

Dalam sesi tersebut, para narapidana diajak melakukan latihan terapi meditasi kesadaran atau mindfulness melalui teknik pernapasan 4-7-8, yaitu menarik napas selama 4 detik, menahan napas selama 7 detik, dan menghembuskan napas selama 8 detik dengan posisi nyaman duduk tegak sembari memejamkan mata. Latihan ini dirancang untuk membantu mereka mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan yang dialami selama menjalani masa tahanan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan emosional. Para narapidana juga diajari cara menerapkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka lebih mampu mengendalikan emosi dan menghadapi situasi sulit dengan tenang dan sadar.

Setelah sesi berakhir, para narapidana memberikan umpan balik positif mengenai latihan terapi mindfulness yang mereka lakukan. Banyak dari mereka merasakan peningkatan ketenangan dan mampu mengurangi kecemasan yang selama ini mengganggu pikiran mereka. Mereka juga menyatakan bahwa terapi ini efektif dalam membantu mengendalikan emosi saat menghadapi tekanan. "Latihan mindfulness ini membuat saya merasa lebih ringan dan fokus. Saya merasa lebih relaks dan tenang dalam menghadapi masalah saat ini dan terapi ini akan saya coba terapkan setelah bangun tidur karena sepertinya akan sangat berguna dan menenangkan, di mana kesadaran saya belum sepenuhnya kembali dan rasa kekhawatiran selalu muncul dalam memulai hari," ungkap salah satu peserta. Umpan balik ini menunjukkan bahwa latihan tersebut tidak hanya memberikan manfaat sesaat, tetapi juga memiliki potensi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu mahasiswa, Yurika, mengungkapkan bahwa mindfulness memberikan dampak positif yang signifikan bagi para narapidana. "Teknik mindfulness membantu klien untuk lebih memahami pikiran dan perasaan mereka sendiri pada masa kini, sehingga mereka bisa merespons situasi dengan lebih tenang dan bijak. Kami berharap teknik ini dapat mereka praktikkan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan mendukung pengembangan diri mereka," ujar Yurika.

Bapak Thobie menekankan bahwa kegiatan ini merupakan elemen penting dalam proses rehabilitasi di Lapas Kedungpane. "Mindfulness terbukti sebagai metode efektif dalam membantu para narapidana mengelola stres, kecemasan, dan emosi negatif lainnya. Program ini tidak hanya bermanfaat selama masa tahanan, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan mental yang esensial untuk menghadapi tantangan setelah bebas, sehingga dapat mendukung reintegrasi mereka ke masyarakat," jelasnya.

Kegiatan konseling kelompok ini merupakan bagian dari program magang mahasiswa BPI UIN Walisongo, yang dirancang untuk melatih keterampilan praktis mahasiswa dalam memberikan bimbingan dan konseling. Melalui kegiatan ini, diharapkan para narapidana tidak hanya memperoleh manfaat psikologis yang berkelanjutan, tetapi juga mampu mengembangkan keterampilan konseling berbasis spiritual dan psikologis. Program ini juga bertujuan untuk memperkuat peran mahasiswa sebagai calon konselor profesional di masa depan, membekali mereka dengan pengalaman nyata yang berguna untuk karier mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline