Lihat ke Halaman Asli

Dea Yurida

Penikmat hidup

Pria Misterius

Diperbarui: 12 Juli 2024   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Koran.... koraaannn.....


Teriak seorang anak kecil di seberang jalan. Kulihat bajunya lusuh seperti tak pernah di cuci, rambutnya merah terbakar matahari bukan karena di warnai. Mungkin juga jarang mandi dan berjalan kaki tanpa sendal atau sepatu. Tak bisa kubayangkan rasanya berjalan di atas aspal jalanan yang pasti panas di bawah terik matahari siang ini.


"Sini dik...." undang ku sambil melambaikan tangan.


"Ya kak...." sahutnya sembari berlari kecil ke arahku.


"Satu nya berapa...?" ku ambil lembaran koran dari tangan gadis kecil itu. Ku bolak-balik sebentar lalu ku serahkan beberapa lembar merah uang rupiah. Sengaja kulipat biar dia tidak tahu jumlahnya.


" Makasih ya dik..." dengan cepat aku berlalu, bergegas karena setitik airmata ku sudah mulai turun ke pipi.


"Kembaliannya kaakk..." sedikit berlari dia memanggil ku. Lalu tiba di depan ku dengan menyunggingkan senyum manisnya. "Uangnya kebanyakan kak." Katanya sambil menyodorkan lembaran rupiah uang kembalian.


"Untukmu saja.... buat tambahan uang jajan dan buat beli alas kaki ya...." kata ku pelan sambil menggenggamkan uang itu ke tangannya kembali.


"Tidak kak. Terimakasih. Saya ga bisa ambil uang tanpa melakukan apa-apa kak...." gadis itu menjawab dengan lugu. Wajahnya menunjukkan kesungguhan tapa ke pura-puraan.


Aku tersenyum, mengerti akan keadaannya. Kusadari keteguhannya. Aku tidak ingin memaksanya. Berfikir sejenak kucari cara bagaimana agar dapat membantunya.


"Boleh kakak ambil semua korannya? Buat bikin tugas di kampus..." masih berusaha ku bujuk dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline