Tatkala penulis masih usia sekolah dasar, ya kurang lebih tahun 80-an sangat akrab dengan salah satu kerupuk samiler.
Ada salah seorang pedagang jajan di halaman depan sekolah yang menjual kerupuk samiler. Harganya saat itu 25 rupiah dapat dua keping dengan diameter kerupuk nya sekira 15 senti.
Agak tebal, dimakan dengan sambal yang terbuat dari tepung gaplek, pedas apalagi saat makan bareng teman-teman, nikmat tiadatara.
Sesekali bercanda, sambil mendendangkan jinggle samiler. Lho memang ada jingglenya? Iya ada, kami biasanya melagukan samiler...Sami-sami teler, ini berkali-kali. Artinya, sama-sama mabuk, saking nikmatnya hingga lupa kalau bel masuk kelas sudah berbunyi.
Kini, masih ada orang yang jual samiler. Hanya saja bentuknya mengecil dan rasanya makin bervariasi. Ada rasa asin, gurih, manis hingga pedas. Dijualpun dalam keadaan matang atau mentah.
Bentuknya sekarang tidak lebih lebar dari penutup gelas, makin tipis. Di beberapa tempat ada yang menyebut kerupuk mier, opak samiler tapi tetap barangnya ya sama, terbuat dari parutan singkong.
Cara membuatnya terbilang sangat mudah. Setelah singkong, ketela pohon dibersihkan dari kulitnya lalu diparut, halus, sisihkan.
Uleg bawang putih dan garam. Masukkan ke dalam parutan singkong tadi. Lalu tambahkan micin/penyedap rasa dan irisan daun kucai. Aduk hingga rata. Tes rasa kalau kurang asin/gurih bisa ditambah garam atau Anda suka pedas ya ditambah dengan gerusan lombok.