Satu hal yang patut dicermati adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Terutama yang berkaitan dengan teknologi komunikasi, telepon pintar misalnya. Dengan alat komunikasi yang kecil namun canggih ini, segala hal bisa didapatkan, mulai informasi, hiburan hingga kabar terbaru dari belahan dunia lain akan mudah diakses.
Merebaknya penggunaan media sosial sebagai dampak berkembangnya telepon pintar (baca HP) ini juga dirasakan oleh pelajar. Dengan HP di tangannya, banyak hal didapatkan dengan sangat mudah dan cepat. Tak terkecuali materi pelajaran yang selama ini didapatkan dari guru di sekolah, saat ini sudah banyak beredar di internet.
"Melihat hal demikian, tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, terutama guru Bimbingan Konseling (BK). Semakin banyak anak tahu maka kemungkinan akan semakin banyak hal yang jadi pemikiran mereka. Banyak tahu maka banyak tanya. Andai guru BK tidak tanggap akan fenomena ini maka jangan disalahkan kalau mereka akan beramai-ramai meninggalkan guru BK dan beralih ke 'mbah Google'," papar Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur wilayah Surabaya-Sidoarjo, Drs. Lutfi Isa Anshori, MM., dihadapan 68 guru BK SMA negeri dan swasta se-kabupaten Sidoarjo, Selasa (14/12) dalam acara Penguatan Kompetensi Guru BK SMA Negeri/Swasta se-Sidoarjo bertempat di SMA Negeri 1 Waru.
Acara yang diadakan oleh Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMA Negeri/Swasta ini juga dihadiri pembina MGBK, Dra. Endang Sri Wadiyati, M.Pd. Dalam sambutannya, Endang Sri Wadiyati mengatakan kalau profesi guru BK itu profesi yang dinamis. "Artinya, seorang guru BK itu harus selalu menambah ilmunya sejalan dengan laju perkembangan iptek. Diantaranya memahami berbagai aplikasi yang berkaitan dengan ilmu ke-BK-an," ujar kepala SMAN 1 Waru.
Lutfi Isa Anshori menyampaikan bahwa pemanfaatan aplikasi dalam HP untuk memberikan layanan kepada siswa ini sangat perlu dikembangkan. Misalnya aplikasi tentang penelusuran sebaran alumni suatu sekolah. "Dengan apliaksi ini diharapkan semua pihak bisa mengakses informasi yang berisi tentang kemana saja lulusan suatu sekolah ini berkarir? Berapa banyak yang kuliah di PTN, PTS, kursus, menjadi anggota TNI, Polri hingga yang berwiraswasta. Tanpa perlu membuka-buka berkas di lemari arsip ataupun di komputer sekolah," kata Lurfi.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru BK, selain ada tuntutan untuk selalu meningkatkan kompetensi profesinya juga tuntutan agar bisa menguasai teknologi. "Dan lewat acara semacam inilah komptensi itu bisa ditingkatkan," tutur Lutfi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H