"Sebuah survei menemukan bahwa 23% dari 7.000 resume eksekutif berisi informasi yang berlebihan atau salah"~ Dessler (2020)
I. Resume Calon Bohong
Harus diakui bahwa pencari kerja semakin canggih dalam mendapatkan sebuah job, dengan penampilan yang super keren dan meyakinkan, baik kemasan CV atau portofolio maupun penguasaan diri saat wawancara terjadi. Apabila si pewawancara dan penilai tidak super hati-hati, bisa saja merekrut orang yang memiliki latar belakang yang membahayakan perusahaan setelah mereka diterima.
Hasil survei yang dikutip di atas hanya sebuah indikasi serius, bahwa resume portofolio para calon eksekutif tidak sesuai bahkan salah sekitar 1.610 orang dari 7.000 calon yang melamar.
Menjadi penting dan mendesak untuk memiliki beragam metode untuk menyaring dan memilih calon pegawai yang dibutuhkan, baik karena memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, tetapi juga bebas dari latar belakang yang "kelam dan hitam". Sehingga dibutuhkan alat tes kejujuran dan kebohongan yang tepat.
II. Kecocokan Pekerjaan dan Perusahaan
Resume dari calon pegawai menjadi pintu awal memulai penyaringan sebelum manajer beralih untuk memilih kandidat terbaik untuk pekerjaan yang dibutuhkan. Berarti menggunakan alat skrining seperti tes, pusat penilaian, wawancara, dan pemeriksaan latar belakang serta referensi. Apabila jumlah pelamar banyak melebihi kuota yang dibutuhkan, maka perlu disaring lebih awal berdasarkan surat lamaran yang sudah diterima.
Pada dasarnya, tujuan memilih calon pegawai adalah untuk mencapai kecocokan "orang dengan pekerjaan". Berarti mencocokkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan kompetensi lain atau lebih dikenal dengan Knowledge, Skill, Ability, Aptitute dan Karakteristik lainnya (KSAOs) yang diperlukan melakukan pekerjaan, berdasarkan analisis pekerjaan, dengan kondisi si pelamar.
Matching atau kecocokan yang dimaksud adalah kecocokan pekerjaan dan kecocokan perusahaan. Artinya, bisa saja seorang kandidat mungkin "benar" dan cocok untuk suatu pekerjaan, tetapi "salah" atau "tidak cocok" untuk organisasi. Misalnya, seorang pilot maskapai yang berpengalaman mungkin unggul di American Airlines tetapi mungkin tidak di Southwest Airlines, di mana nilai-nilai organisasi mengharuskan semua karyawan membantu, bahkan dalam menangani bagasi penumpang. Oleh karena itu, meskipun kecocokan orang-pekerjaan biasanya menjadi pertimbangan utama, tetapi tidak boleh diabaikan tentang kecocokan orang-organisasi juga penting.
III. Ada 3 Alasan Kunci