Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Minggu Palem Ternoda oleh Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makasar

Diperbarui: 28 Maret 2021   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.wowkeren.com

Ledakan bom bunuh diri di depan  gedung Gereja Katedral Makasar pagi ini, Minggu 28 Maret 2021, sungguh sangat mengejutkan dan menodai minggu palem yang saat ini sedang dijalani oleh umat krsitiani di seluruh Indonesia. 

Kejadian pada pukul 10.30-an Wita itu, ketika di hampir semua gereja di seluruh tanah air sedang berlangsung ibadah minggu terakhir pra paskah yang dikenal dengan minggu palem.

Kami sekeluarga sedang khusuk mengikuti ibadah online melalui perangkat daring ketika muncul berita-berita bahkan video-video ledakan bom bunuh diri tersebut. Bahkan pendeta yang sedang melayani ibadah mendoakan kejadian yang "brutal" dengan bom bunuh diri ini. Dan sekaligus memberikan warning bagi warga umat gereja dan seluruh pendengar untuk tidak lengah dengan aktifitas terorisme yang terus saja bekerja untuk membawa dan membuat teror dan ketakutan bagi siapa saja.

Dari berita yang sampai saat ini terus beredar melalui beragam media daring, kita bersyukur karena tidak ada korban jiwa kecuali mungkin "si pelaku" yang menaiki sepeda motor menerobos halaman gereja Katedral di Makasar itu. Pun tidak ada kerusakan bangunan gereja dan fasilitas lain. Ini boleh terjadi karena kesigapan petugas keamanan gereja yang mencegah si pelaku di pintu masuk gereja.

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56553477

Kendati demikian, kejadian ini menjadi peringatan yang sangat keras dan serius bahwa sesungguhnya aktifitas teror itu tidak pernah tidur dan terus saja mencari kempatan untuk melakukan niatnya. Apalagi minggu ini merupakan puncak perayaan masa raya Paskah di semua gereja di Indonesia dan seluruh dunia. Khususnya Jumat Agung dan Minggu Paskah yang jatuh pada akhir Maret dan awal April 2021.

Ibdah Minggu Palem yang ternoda ketika ledakan bom terjadi di depan gedung gereja Katedral Makasar. Ternoda karena sesungguhnya, hari ini menjadi awal puncak perenungan umat kristiani untuk memahami puncak dari perjalanan penderitaan Yesus Kristus menuju bukit golgota untuk menerima penyaliban dunia dan sekaligus kebangkitannya mengalahkan maut sebagai cara satu-satunya menyelamatkan umat ciptaannya itu, manusia yang berdosa.

Minggu Palem yang ternoda, ketika umat memperingati bagaimana Yesus yang naik seekor keledai dan dielu-elukan sambil melambaikan daun palem sebagai tanda penghormatan atas semua yang sudah dilewati oleh Yesus yaitu beragam percobaan. Walaupun sesungguhnya, Dia sedang menuju puncak penderitaan itu ketika 5 hari kemudian Yesus di tangkap, diadili, disiksa, dirajah dan disalibkan hingga menemui ajal diatas bukit golgota.

Minggu palem yang ternoda menjadi peringatan bagi setiap umat untuk selalu siapa dalam segala situasi dan sepanjang waktu karena si iblis itu sesungguhnya tidak pernah berhenti untuk mencari celah menghancurkan dan membunuh siapa saja yang diterjangnya. 

Lolosnya si pembawa bom bunuh diri hingga di depan pintu masuk lapangan gereja Katederal, menjadi indikasi sangat serius bahwa hari minggu saat ibadah berlangsung merupakan kesempatan yang strategis bagi si teror dan iblis menunjukkan eksistensinya.

Dan sangat mungkin, kejadian pagi ini menjadi warning kuat bagi siapa saja karena sepanjang minggu ini akan ada banyak ritual ibadah menuju puncak perayaan Paskah pada hari Minggu 4 April 2021. Setelah minggu palem hari ini, maka hari Kamis akan ada ibadah yang disebut Kamis Suci, dan besoknya Ibadah Jumat Agunng yang sering diidentikan kunci perayaan paskah, lalu hari Sabtu akan ada ibadah Sabtu Sunyi, dan Minggu menjadi puncak perayaan masa raya paskah itu sendiri, yaitu merayakan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan maut dan penanda mulai kehidupan baru itu dialami oleh setiap umat.

Menarik untuk dipertanyakan mengapa kejadian ini terjadinya di gedung Gereja Katedral di Makasar dan bukan di kota besar di Jawa misalnya? Lalu saya ingat bahwa kalau di Jakarta dan sekitarnya masih belum ada gereja yang beribadah secara offline atau on site, tetapi masih semua secara daring. Bisa jadi, karena di gereja gereja di Makasar sudah mulai ibadah secara offline sehingga kerumuman umat sangat besar dan ramai serta padat tentunya. Ini pasti menjadi pertimbangan si pelaku teror.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline