Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Lupakan Turnitin, Tulislah Pikiran Originalmu

Diperbarui: 20 Maret 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: KOMPAS.COM/OIK YUSUF

Siapa tidak mengenal turnitin? Lingkungan kampus yang berisi insan akademik dosen dan mahasiswa akrab dengan turnitin karena dikenal sebagai musuh plagiarisme, anti ciplak-menciplak atau copas sana - copas sini. 

Banyak kampus yang menyeleksi hasil penelitian mahasiswa secara ketat dengan menggunakan aplikasi turnitin ini. Tetapi, mungkin tidak banyak orang menyadari bahwa turnitin ini menciptakan kejahatan akademik karena kecenderungan memanipulasi hasil penelitiannya agar bisa lolos turnitin. Hanya demi lulus turnitin!

Untuk itu, lebih baik lupakan saja turnitin itu dan mulailah belajar dan berlatih untuk menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran Anda sendiri dan menuangkan secara bebas tanpa merasa terus terganggu dan dikejar oleh hantu turnitin itu. 

Menuliskan sendiri apa yang ada di dalam pikiran sendiri merupakan cara ampuh lolos dari turnitin atau alat apapun lainnya. 

Prof. AGF | Dok Pribadi

Ini adalah sepenggal nasehat dari Prof. Dr. Augusty Ferdinad, MBA (Prof AGF) Guru Besar Marketing dari FEB Universitas Diponegoro Semarang dalam acara pelatihan yang diadakan oleh P3M Trisakti School of Management Jakarta yang diikuti oleh para dosen dengan tema unik bagaimana menemukan Ide Penelitian, Research Gap dan Novelty dalam Penelitian, Jumat 19 Maret 2021 secara virtual.

Peserta Pelatihan P3M TSM | Dok Pribadi

Kelemahan mendasar yang dialami oleh para dosen dan juga mahasiswa dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, bereputasi dan mendunia adalah sikap "mood-mood tan", angin-angin an dan tidak mampu fokus mengerjakan sebuah proyek penelitian secara tuntas dari awal sampai publikasi secara layak dan menjadi terbaik. 

Sementara, tuntutan profesi sebagai akademisi tidak bisa ditunda dan harus dipenuhi secara periodik. Kalau tidak, maka akibatnya bisa merugikan si dosen itu sendiri. 

Yang terjadi kemudian adalah kecenderungan  mengambil jalan pintas dan instan dengan cara "apa adanya" hasil penelitian sedemikian rupa asalkan bisa lolos memenuhi persyaratan minimal bagi kebutuhan kepegawaian misalnya, seperti urusan BKD, JJA dan lainnya.

Di kalangan mahasiswa pun demikian. Sejumlah kampus menerapkan seleksi akhir hasil penelitian, dalam bentuk skripsi atau tesis, harus lolos turnitin kalau mau maju sidang untuk memperoleh gelar kesarjanaan. 

Ada kampus yang mensyaratkan maksimal hanya 20% untuk bisa lolos, lebih dari itu si mahasiswa harus merevisi ulang naskah hasil penelitiannya.

Di sinilah pintu "kejahatan" itu dimulai. Yaitu si mahasiswa harus berpikir keras untuk "mengakali" hasil risetnya agar mampu melewati pintu si turnitin. Dan Anda bisa menduga apa yang terjadi kemudian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline