Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Tantangan Gaya Memimpin pada Masa Penyebaran Covid-19

Diperbarui: 12 April 2020   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://nearsure.net

I. WFH Mengubah Cara Memimpin

Masa pandemi Covid-19 benar-benar mengubah segala sesuatu dalam pola bekerja, berinteraksi, bahkan juga dalam memimpin orang dalam perusahaan. Segala bentuk gaya memimpin selama ini tidak bisa lagi diterapkan, dan harus dicarikan leadership style yang cocok. Bila tidak maka situasi yang dialami oleh perusahaan akan semakin memburuk. Ini tantangan yang tidak mudah tentunya.

Dalam salah satu sesi kuliah online, sejumlah mahasiswa saya bertanya "bagaimana gaya kepemimpinan yang harus diambil oleh seorang Leader dalam masa penyebaran wabah virus corona ini?". Adakah yang cocok bagi semua pemimpin untuk memimpin para karyawannya yang "work from home" karena diharuskan untuk stay at home untuk ikut membantu pencegahan penyebaran Covid-19?"

Pertanyaan yang sangat bagus untuk di gumuli dan dijawab ketika sebuah situasi yang diperhadapkan bagi operasi perusahaan tanpa karyawan, atau sedikit karyawan, atau karyawan bergiliran bekerja. Masa pandemi menjadi sebuah test case bagi gaya memimpin yang harus di lakukan oleh para CEO, Manajer dan Pemimpin perusahaan.

Tentu saja disini kita tidak membahas tentang karyawan yang di lay-off atau dirumahkan dan cenderung ke PHK. Sebab, itu adalah ranah lain yang menjadi keputusan Manajemen suatu korporasi. Pemikiran yang hendak dikembangkan adalah mengelola dan memimpin karyawan yang tidak berada secara fisik di tempat kerja, karena mereka berada di rumah masing-masing, atau WFH.

II. Memimpin Tanpa Orang yang Dipimpin.

Memang agak unik dan cenderung unik situasi sekarang. Karyawan berada dan bekerja di rumah masing-masing, sementara Pimpinan mungkin berada di perusahaan, atau juga malah berada di rumah tetapi operasi perusahaan harus tetap berjalan. Memimpin tanpa orang yang sedang dipimpin.

Tidak mudah membayangkan apa yang terjadi dalam situasi demikian. Ketika semua orang memahami bahwa gaya kepemimpinan itu merupakan cara yang dilakukan oleh seorang untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu demi mewujudkan tujuan bersama. Seberapa efektif orang akan mematuhi apa yang diperintahkan oleh pimpinan ketika tidak berhadap-hadapan secara langsung?

Harus dimengerti, diakui dan di terima kenyataan bahwa situasi seperti ini bisa berjalan baik karena support kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menghadirkan dan mendekatkan setiap orang, walaupun jarak sangat jauh. Dan dengan demikian, semua problem, segala dinamika situasi dapat saling dibagi demi mewujudkan pekerjaan bagi perncapaian tujuan atau target.

Yang terjadi sesungguhnya adalah perubahan paradigma, pola pikir bahkan filosofis bekerja itu berubah. Yang dulu paradigma dimengerti dalam relasi langsung antara karyawan dengan pimpinan. Tetapi sekarang relasi itu hanya melalui "media" apakah itu media sosial, aplikasi konferensi atau aplikasi meeting.

Oleh karena itu, mau tidak mau, seorang pemimpin harus mengembangkan paradigma baru dalam memimpin, mengendalikan, mengarahkan dan mengefektifkan pekerjaan para karyawan agar tetap sesuai target yang diinginkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline