Kearifan konvensional mengatakan bahwa para pemimpin besar adalah orang ekstrover; di dunia nyata, introver lah yang paling berkuasa, dan menjadi pemimpin sejati di lapangan.
Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, tetapi inilah sebuah fakta yang baru tentang gaya seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi dan perannya. Bahwa, selama ini diyakini bahwa pemimpin yang memiliki gaya ekstrover yang sangat sukses dan berhasil. Tetapi temuan yang baru memperlihatkan, di dalam kenyataan, pemimpin yang menganut gaya introver yang sangat berkuasa. Dan bahkan merekalah yang menjadi pemimpin sejati.
Dilansir dari artikel yang di tulis oleh Geoffrey James menjelaskan bahwa International Journal of Multidisciplinary Research and Development baru-baru ini menjelaskan mengapa orang introver menjadi pemimpin yang baik ketimbang yang ekstrover. Paling tidak ada 5 alasan mendasar :
- Orang introver berpikir sebelum berbicara. Orang ekstrover cenderung menembak dari pinggul, seringkali dengan sikap "siap menembak". Introver lebih cenderung memikirkan hal-hal, mempertimbangkan bagaimana kata-kata mereka akan mempengaruhi orang lain, dan baru kemudian berbicara.
- Introver adalah pendengar yang lebih baik. Di mana seorang ekstrover hanya akan mengabaikan pandangan yang berbeda dan kemudian membuat "keputusan intuisi," seorang introver cenderung mempertimbangkan dengan cermat komentar dan perspektif orang lain sebelum membuat keputusan penting.
- Introver adalah pemikir yang lebih dalam. Orang ekstrover cenderung melompat dari satu subjek ke subjek lain untuk mendapatkan "gambaran besar". Orang introver lebih suka menyelidiki masalah sebelum membuat keputusan dan beralih ke mata pelajaran lain.
- Orang introver lebih suka menulis daripada berbicara. Sementara banyak introver adalah pembicara publik yang inspirasional, mereka percaya bahwa menulis dokumen yang koheren memaksa otak untuk mengasah dan mengklarifikasi ide-idenya.
- Introver lebih tenang dalam krisis. Seperti yang dinyatakan analisis, introver "mengestimasi keyakinan yang meyakinkan dan tenang. Mereka cenderung berbicara dengan lembut dan perlahan terlepas dari panasnya percakapan atau keadaan."
Pemimpin yang bergaya kepribadian introver memiliki gaya manajemen yang terkadang disebut "servant leadership," yang menurut The Journal of Management adalah "ditunjukkan dengan memberdayakan dan mengembangkan orang; dengan mengekspresikan kerendahan hati, keaslian, penerimaan antarpribadi, dan penatalayanan; dan dengan memberikan arahan."
Dalam dunia nyata, sangat banyak pemimpin dunia yang bisa mewakili kedua gaya kepribadian antara introver versus ekstrover. Mari mencermati, misalnya sebagai contoh yang bagus sekali untuk menunjukkan perbedaan antara gaya manajemen introver dan ekstrover adalah dengan membandingkan Barack Obama, yang terkenal seorang penganut gaya introver dan Donald J. Trump, yang terkenal ekstrover dalam segala pola perilaku, komunikasi dan gaya manajemen.
Hasil penelitian yang di kemukakan oleh Geoffrey James tidak merinci secara luas dan dalam bagaimana respons dari para pengikut dari kedua gaya kepribadian para pemimpin ini. Walaupun demikian, bisa diprediksi kalau di lapangan juga mengikuti demikian. Yaitu, kebanyakan orang lebih suka - setidaknya dalam kasus ini - bekerja untuk yang introver daripada yang extrover.
Di dalam dunia industri, bisnis dan pengelolaan unit usaha nampaknya ini menjadi sesuatu yang sensitif. Dan karenanya seorang pemimpin harus menyadari dengan sungguh bagaimana respon karyawan atau pengikut terhadap gaya introver atau ekstrover yang dipertontonkan. Mengapa ? Karena dalam kenyataannya nilai-nilai budaya bisnis saat ini sangat terbuka. Para pemimpin bisnis, khususnya, diharapkan menjadi orang yang ramah, cerewet, yang disebut "orang-orang," tipe selebritas.
Hasil survey lainnya menjelaskan sejumlah tokoh pemimpin bisnis dunia yang memiliki kecenderungan pada dua kutub gaya kepribadian itu. Cermati misalnya daftar panjang pemimpin introver hanya dalam satu industri teknologi tinggi termasuk Bill Gates, Mark Zuckerberg, Marissa Mayer, Larry Page, Steve Wozniak, dan bahkan juga Elon Musk.