Senin 1 Juli 2019 saya menerima kiriman video tentang kejadian perebutan mimbar gereja ketika sedang berlangsung kebaktian di sebuah gereja yang nampak di hadari banyak umat. Setelah menonton berkali-kali video ini, sambil bertanya-tanya ini hoaks atau benaran, dan merasa sangat "jijik" dan prihatin menyaksikan peristiwa itu. Dan ternyata peristiwa itu bukan hoaks tetapi terjadi dalam sebuah acara kebaktian minggu pagi 30 Juni 2019, dan video serta beritanya sudah menjadi viral di sejumlah media daring.
Walaupun singkat durasinya tetapi rekaman video ini sangat jelas memperlihatkan bagaimana dua orang naik dan sampai ke mimbar bersamaan, dan karena mimbar itu hanya cukup satu orang, jadilah mereka saling berebut. Saling senggol dengan sangat kasar untuk menjadi penguasa diatas mimbar suci gereja itu. Yang terjadi sesudahnya sudah bisa diduga, kegaduhan muncul karena umat yang hadir semua berdiri dan berusaha untuk ikut melerai dua orang di atas mimbar itu, satu orang Pendeta dan satunya lagi nampaknya bukan pendeta.
Peristiwa merebut mimbar gereja ini sungguh memprihatinkan dan sangat memalukan dan sungguh menjadi "tamparan" keras bagi umat gerejawi, yang seharusnya peristiwa seperti ini tidak boleh terjadi. Apapun alasannya, seperti apapun berat masalah yang dihadapi di dalam gereja, peristiwa berebut mimbar gereja tidak bisa diterima dengan akal sehat dan memalukan
Mengapa kejadian ini sangat memalukan dan memprihatinkan? Ada beberapa catatan kritis yang musti dicermati, antara lain:
Satu, berdasarkan pemberitaan dari tribun-medan.com, kejadian ini terjadi saat kebaktian di minggu pagi 30 Juni 2019 ketika kebaktian berlangsung, dihadiri oleh umat yang nampak hampir penuh ruangan ibadah. Ratusan orang datang untuk menyembah Tuhan dan berdoa bersama, tetapi dinodai oleh sikap tidak mengalah dari kedua orang yang berebut itu.
Apapun persoalan yang memicu kejadian itu, harusnya semua orang harus menahan diri karena umat yang datang tidak semua berurusan dengan masalah itu. Bahkan sangat mungkin ada jemaat yang datang dan bukan warga gereja disini, tetapi harus menyaksikan kejadian yang sangat "menjijikan" itu.
Pesan penting adalah siapapun tidak boleh memanfaatkan kesempatan kebaktian itu untuk penyelesaian masalah yang ada.
Kedua, memperebutkan mimbar gereja sungguh menyayat hati. Karena sesungguhnya, mimbar gereja itu merupakan tempat pemberitaan Sabda Tuhan, serta tempat seorang "Pendeta" akan menyampaikan berkat dan anugerah Ilahi.
Kejadian perebutan mimbar ini sangat mencederai kesucian mimbar gereja, dan dengan demikian juga menodai kesucian Tuhan sebagai sumber dan sentral kehidupan umat, yang disimbolkan dalam acara ibadah yang berlangsung.
Ketiga, Ibadah yang sedang berlangsung harusnya tidak boleh di intrupsi oleh siapapun. Apapun persoalan yang dihadapi, tetap harus dijaga agar prosesi itu dapat diselesaikan secara tuntas. Harusnya para petugas, Majelis Gereja, khususnya yang bertugas menjaga agar bisa berlangsung dengan tuntas.