"sebab ketakutan itu bisa berlangsung berjam-jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun dalam diri seseorang. Ketakutan adalah tanda-tanda palsu yang kelihatannya nyata. Ketakutan adalah tipuan"
Tidak ada orang di dunia ini yang bebas dari rasa takut, sebab setiap orang pasti memiliki perasaan takut maupun ketakutan. Sesungguhnya yang menjadi masalah adalah bukan pada karena Anda takut, tetapi terletak pada apa dan bagaimana yang dilakukan dengan rasa takut yang dihadapi.
Banyak orang tunduk kepada perasaan takut sedemikian rupa sehingga tidak bisa keluar dari rasa takut itu. Dia mengurung diri, memenjarakan diri dan seluruh syarat kehidupan di susup oleh perasaan takut itu.
Kalau ini yang terjadi, dipastikan orang ini tidak bisa ke mana-mana, karena hidupnya sangat menderita, tidak memiliki masa depan yang jelas, dan dengan begitu aktivitas juga sangat tidak optimal, yang pada akhirnya produktivitas menjadi sangat lemah. Dan potensi kegagalan dalam hidupnya akan sangat tinggi.
Situasi seperti di atas, seharusnya tidak boleh terjadi pada diri seseorang kalau saja dia menyadari bahwa rasa takut itu sangat mudah diatasi tanpa harus memenjarakan kehidupannya sendiri. Pun tidak perlu mencari begitu banyak referensi atau buku atau hasil penelitian. Karena sumber penyelesaian rasa takut seseorang itu ada di dalam diri sendiri. Dan bukan dari mana-mana.
Hampir semua agama atau kepercayaan dan keyakinan memberikan nasehat yang hampir sama tentang bagaimana seseorang harus menyelesaikan rasa takut yang berlebihan.
Sebab, dalam bahasa psikologi, yang nama rasa takut, rasa senang, rasa menderita, rasa bahagia, atau yang lainnya ada di dalam diri setiap orang. Tepatnya ada di dalam pikiran setiap orang. Sebab, rasa yang dimiliki dan dialami seseorang merupakan "definisi" terhadap segala macam fakta yang dirasakan melalui panca indera.
Jangan pernah menanyakan kepada orang lain apakah Anda sedang bahagia dan senang atau Anda sedang menderita dan sengsara, karena itu hanya diri sendiri yang mengatakannya kepada diri sendiri dan bukan orang lain. Bolehlah ya kita menyederhanakannya dengan menyebutkan sebagai "permainan pikiran", seperti yang dianut oleh Joice Meyer dalam ratusan bukunya tentang "pikiranmu yang membawa badan atau tubuhmu", dan bukan badan mu yang membawa pikiranmu.
Saya termasuk yang sangat setuju dengan pola pendekatan Evangelikal Joice Meyer ini, karena sesungguhnya Tuhan sudah menganugerahkan setiap orang akal budi melalui otak dan pikiran. Pikiran yang menuntun seluruh badan dan tubuh, seluruh gerak dan dinamika tubuh yang dimiliki.
Jadi, kuncinya ada didalam permainan pikiran tentang segala macam rasa yang selalu silih berganti muncul dalam diri setiap orang.