Semua orang ingin berhasil dan sukses dalam hidupnya, dalam pekerjaan dan profesinya, tetapi hati-hati bila Anda menjadi ambisus dalam menjalani dan mengisi setiap jengkal waktu yang Anda miliki.
Ambisi atau berambisi tentu sangat perlu dan dibutuhkan sebagai syarat agar sukses dan berhasil mencapai tujuan. Tetapi ambisius itu hal yang berbeda, sebab bila sikap dan perilakunya ambisius maka dipastikan orang itu tidak pernah merasa puas, bahkan saking ambisiusnya maka dia selalu merasa gagal dari waktu ke waktu.
Ambisius merupakan sikap yang tidak pernah merasa puas akan apa yang sudah dicapai dan terus menerus mengejarnya tanpa batas dan ukuran. Sehingga ambisius menjadi penyakit yang merusak mental dan psikis seseorang.
Pertanyaan menariknya agar tidak terjerumus dalam sikap dan mental ambisius adalah apa sesungguhnya ukuran dari kesuksesan atau keberhasilan dalam pekerjaan atau dalam kehidupan seseorang.
Sebuah hasil penelitian yang terbaru menunjukan bahwa ukuran utama dari kesuksesan adalah kebahagiaan ketimbang kekuasaan, harta dan prestise.
Ini menarik, karena kata kuncinya adalah bahagia. Ketika Anda bahagia maka sesungguhnya hidup Anda berhasil dan sukses.
Artinya pula bahwa, ketika Anda memiliki kuasa dan berkuasa itu bukan otomatis Anda berhasil dan sukses. Kecuali kalau ketika menjalankan kekuasaan dan berkuasa itu menyebabkan Anda bahagia, maka hidup Anda itu termasuk sukses.
Juga tidak berarti ketika anda memiliki harta banyak, Anda dikatakan otomatis berhasil dan sukses. Tidak sama sekali. Sebab hasil penelitian mengatakan bahwa hanya sekitar 20% kesuksesan itu berasal dari kekayaan material.
Jadi, akan terjebak ketika seseorang berpikir bahwa keberhasilan itu karena memiliki banyak harta kekayaan, dan terus menerus akan menumpuk kekayaan itu selama hidupnya. Ini keliru besar sekitra 80%, karena hanya 20% saja harta menyumbang kebahagiaan seseorang saja.
Faktor lain yang memberikan kontribusi untuk sukses dan berhasil dalam hidup adalah ketika mencintai pekerjaan yang dijalankan untuk menafakahi hidupnya dan keluarganya. Hasil riset menunjukkan bahwa 60% faktor kesuksesan itu ditentukan oleh sikap dan mentalitas mencintai pekerjaan sebagai sumber nafkah hidupnya.
Contoh-contoh hidup seperti ini dapat dijumpai banyak ditengah-tengah masyarakat yang masih tradisional, yang menjalani hidup mereka dengan pekerjaan petani, buruh, atau pedagang mencapai kebahagiaan karena mereka mencintai pekerjaannya. Sesuatu yang sangat langka di kota-kota metropolitan.