Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Seputar "Blow-up" Setelah Debat Capres 2019

Diperbarui: 20 Februari 2019   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: thelatestpictureshow.com

"Blow-up" "Tiuplah hingga melembung besar" -- Jadikan berita "wah!"

Tunjukkan sesuatu lebih jelas. Berbagai pendapat untuk mengartikan frase "blow-up", termasuk jika ada berita atau kenyataan kurang-terlihat, kecil bendanya, perlu memakai kaca pembesar, perlu dibesarkan.

Ballpoint atau balpen yang kecil dipencet-pencet dalam genggaman tangan, tidak tampak nyata ketika ditayangkan di layar TV -- ini perlu di "blow-up".

Dalam ilmu biologi dan kedokteran pemakaian mikrosop untuk melihat benda atau  bakteri kecil perlu melalui pembesaran ribuan kali - dalam hal demikian tidak dipakai istilah "blow-up".

Jadi secara umum frase "blow-up" lebih kearah pengertian negatif, sesuai pengertian: "tiup, tiup terus, biar balonnya pecah -- dor! Kaget semua!" Juga agar lebih meyakinkan peristiwa seseorang menggenggam balpen perlu ditambahkan dengan "ear-piece" agar mendukung hubungannya dengan "pembisikan" dalam mengutip angka-angka atau membisikan untuk memberikan arahan data, meyakinkan: balpen dipencet-pencet -- dapatlah bisikan jawaban data melalui ear-piece.

Padahal orang yang memberitahukan data di TV minggu lalu itu dan memberi pernyataan tersebut adalah seorang insinyur yang sejak sekolah SD suka mata pelajaran matematika!

Ada yang memberi komentar bahwa pihak lawan berdebat sesungguhnya: "Kreatif, inovatif, jeli, melihat kenyataan yang harus diungkap ke publik!"

"Pin the blame on the donkey" -- ini perumpamaan (proverb) mendukung pernyataan "blow-up".

Secara harifiah donkey si keledai selalu menunjukan hewan dan juga diumpamakan sebagai manusia yang bodoh. To pin menyatakan sama seperti "tempalah", "masukkan ke otak" agar pernyataan atau peristiwa yang sudah lewat dapat disalahkan pada mereka yang bodoh.

Dalam acara perdebatan  Capres 2019 minggu lalu sesungguhnya siapa "yang bodoh?  Yang "bodoh", yang "disalahkan" sering disebut sebagai scapegoat (domba macam apa, ya?).

Apakah sepadan dalam bahasa Indonesia dengan "kambing hitam"? Berikut kisah yata yang lain: Kisah rokok yang di "blow-up" sebagai alat/bahan penenang. Ketika perang dunia ke II, berlangsung hebat; pabrikan rokok sigaret melihat peluang bisnis besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline