Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Mengamati Beragam Karakter Penumpang Transjakarta

Diperbarui: 16 Januari 2019   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.harnas.co

Transportasi publik di Jakarta yang permulaan diinisiasi oleh Gubernur DKI ketika itu, Sutiyoso, terbukti membawa banyak implikasi positif dalam kehidupan masyarakat kota. Meskipun yang ideal belum tercapai agar dapat menjadi solusi mengurangi kemacetan dan kepadatan bermobil di jalan-jalan utama di kota metropolis ini, dalam perkembangan selanjutnya banyak menolong aktivitas pergerakan penduduk Jakarta dan kota satelit sekitarnya.

Artikel ini tidak bermaksud membahas masalah transportasi, tulisan ini merupakan pengalaman pribadi yang merasakan dan mengamati karakter beberapa penumpang transposrtasi publik ini, yang juga saya pergunakan setiap hari.

Dominasi Gawai

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa gawai telah menjadi identitas baru kehidupan masyarakat di kota-kota seperti Kota Jakarta. Bahkan diduga bahwa hampir semua orang di kota besar memiliki gawai yang sangat setia untuk dibawa kemana-mana. Ini bisa difahami, karena dengan sebuah gawai seseorang bisa melakukan banyak hal, termasuk terhubung dengan siapa saja.

Salah satu pengamatan saya saat naik bus Transjakarta, bahwa gawai, smartphone menguasai ketekunan sebagaian besar penumpang dan asyik dengan duniannya sendiri. Lihat bahwa ada penumpang yang mengetik, dengan tenang dan asyik mendengarkan musik dengan alat earphone, maupun melihat wajah yang mengamati dan matanya hanya pada gawai mereka yang tersenyum, bahkan ada yang tertawa kecil, seakan dunia ini miliknya sendiri saja.

Menariknya adalah fenomena yang tidak dapat dimengerti bahwa ada yang tetap menggunakan telepon atau bertelepon di dalam bus yang penuh sesak dengan penumpang, kemudian dengan berbicara keras sekali seakan orang lain tidak ada didalam bus itu, bahkan sampai membentak-bentak.

Jika diperhatikan dengana seksama siapa yang berkelakuan demikian, nampak sekali bahwa mereka yang tidak memiliki kepekaan lingkungan sosial yang baik, dan tidak mau tahu apakah orang lain disekitarnya terganggu atau senang.

Suka atau tidak suka, inilah relaitas karakter publik yang setiap hari menggunakan  Transjakarta. Sebab, nampak juga ada kelompok penumpang lain yang berkarakter baik dan sopan, ketika bertelepon didalam bus akan menjaga dengan pelan agar penumpang lain tidak terganggu.

Di suatu sore hari, ketika ikut menumpang Transjakarta, tepat disebelah saya,  berkomunikasilah dengan smartphonenya seorang bapak. Dan antara lain terdengar oleh saya penggalan percakapannya demikian: "..lah wong cuma janji-janji melulu sejak jaman sepur lempung.."  

Karena memicu kegelian saya mendengarnya, setelah bapak yang duduk rapat disamping saya ( karena keadaan bus penuh sesak), saya berujar : "Pak...sepur lempung...geli medengarnya!"

Sambil tersenyum bapak sebelah saya malah betanya: "Iya pak, apakah memang ada sepur lempung itu?.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline