Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Kepala Daerah Korupsi Karena Gaji Kecil, Lalu Gaji Dinaikkan, Setujukah?

Diperbarui: 12 Desember 2018   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana pemerintah untuk menaikkan gaji para kepala daerah di Indonesia sungguh sangat menganggu dan kalau dilakukan sangat mencederai keadilan publik. Saya menduga publik cenderung menolak rencana dari pemerintahan ini, karena alasan tentang rencana penyesuaian renumerasi itu seperti tidak masuk akal.

Alasan kenaikan renumerasi ini adalah untuk mencegah terjadi korupsi dikalangan kepala daerah di Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa "Masih banyaknya pejabat selevel kepala daerah yang tersandung kasus korupsi dan harus berhubungan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)" 

Nampaknya alasan ini yang perlu dicermati dan dikaji dengan sungguh-sungguh. Karena perbincangan di ranah publik memperlihatkan bahwa para Kepala Daerah yang terkena OTT oleh KPK bukan karena gaji mereka kecil, tetapi karena masalah moral, mentalitas dan integritas yang sangat rapuh, lemah, dan tidak memenuhi kualifikasi sebagai kepala daerah yang harus menjadi panutan dalam segala hal.

Mari perhatikan mereka yang memiliki gaji yang kecil yang bahkan untuk makan sehari-hari saja rasanya jauh dari cukup. Apakah mereka lalu melakukan korupsi? Maksudnya, berapa banyak orang yang sudah tertangkap korupsi itu karena gaji yang kecil-kecil seperti alasan yang dikemukakan oleh Menteri Keuangan?

Dari sisi pertimbangan manajerial rasanya koq tidak masuk akal yang sehat ya. Dan cenderung seperti meng-ada ada saja dengan pertimbangan agar para kepala daerah ini tidak melakukan korupsi maka gajinya dinaikkan.

Tidak logis karena suatu ketika nanti ketika mereka merasa gajinya kecil maka mereka akan melakukan korupsi. Dan supaya mereka tak melakukan korupsi maka gaji mereka akan dinaikkan lagi oleh pemerintah. Begitu seterusnya dan pemberantasan korupsi menjadi tidak pernah selesai dan tuntas karena bukan akar persoalan utama dari penyebab korupsi oleh para kepala daerah ini.

Memberikan kompensasi atau gaji atau renumerasi atau apapun istilahnya, merupakan keputusan yang didasarkan pada pertimbangan managerial yang utuh. Yaitu berdasakan Job Analysis yang pada akhirnya akan menentukan beban kerja seorang kepala daerah, dan dengan kualifikasi yang dituntut dari pengejawatahan "tupoksi"nya, lalu muncul angka rupiah yang menjadi haknya untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi utamanya itu.

Meminjam istilah akademisnya yang dikemukakan oleh Milkovich dalam buku teksnya berjudul COMPENSATION (2016) mengatakan bahwa kompensasi itu segala bentuk pengembalian atau return yang diberikan kepada seorang karyawan atas pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya pada sebuah pekerjaan yang dibebankan padanya oleh organisasi atau oleh manajemen atau oleh pimpinan.

Ada dasar dan petimbangan manajerial organisasi yang sangat logis dan terukur bagi seorang kepalam daerah untuk menerima secara keseluruhan kompensasi atau renumerasi. Tidak saja gaji pokok yang jumlah relative sangat kecil, tetapi juga berbagai tunjangan, insentif, fasilitas, kesempatan, dan semuanya merupakan bentuk return yang menjadi hak seorang kepala daerah.

Pertanyaannya, kecilkah jumlah itu semua? Haha.... Come on! Bangun, bangun... Mana ada Bupati dan kepala daerah yang miskin setelah selesai jabatannya? Tidak ada. Karena anggaran dan dana taktis yang dikelola oleh seorang kepala daerah jumlahnya luar biasa! Saat Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI, menjadi rahasia umum jumlah ratusan milliard yang menjadi dana taktis yang dikelola oleh seorang Gubernur, untuk mengmbackup seluruh aktifitasnya.

Kendati itu bukan menjadi penghasilannnya, tetapi seorang kepala daerah rasanya tidak perlu lagi memakai gaji yang diterima karena semua kebutuhan operasionalnya telah discovered oleh budget kedinasan yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline