Apabila setiap orang memahami perbedaan dirinya sendiri dengan Tuhan yang diyakini dan diimaninya maka seharusnya setiap orang itu akan menjalani hidup kesehariannya dengan penuh sukacita, gembira dan damai sejahtera senantiasa.
Namun, yang terjadi dalam kenyataannya, setiap orang tidak gembira, tidak ada sukacita, tidak nampak memiliki damai dan jauh dari sejahtera. Ironisnya, kenyataan ini terus menerus terjadi setiap hari. Saat seseorang bangun di pagi hari, dan menjalani sepanjang hari dalam pekerjaannya dan diakhiri disore hari tanpa sukacita dan kedamaian. Apa yang terjadikah dengan diri setiap orang ini?
Ketika bangun di pagi hari, lalu melihat jam dinding dan Anda mulai panik karena takut terlambat tiba di tempat kerja, takut terlambat ditinggal bus atau kerate api, bahkan takut kena macet.
Ketika sudah berada di tempat kerja, sekali lagi melihat jam dinding dan Anda mulai panik lagi, karena takut target hari ini tidak tercapai, pekerjaan tidak selesai, dan mulai was-was karena bos Anda akan datang menagih pekerjaan Anda.
Kemudian di sore hari, menjelang pulang dari tempat kerja, Anda melihat jam dinding dan mulai ada kepanikan karena takut terlambat kendaraan umum, bus, kereta atau angkot, dan takut terkena macet, dan takut kemalaman pulang sampai dirumah.
Begitulah kehidupan setiap orang saat ini. Menjalani hidupnya dalam keadaan terburu-buru, tergesa-gesa, dan berlari-lari agar semua ketakutan yang diciptakannya itu bisa diatasinya dengan segera.
Setiap orang seakan sedang berada dalam perlombaan untuk berlari-lari mengejar dan mengatasi ketakutan yang ada di dalam pikirannya. Dan lihat, perlombaan berlari ini terus menerus terjadi, bahkan tensinya semakin meninggi dan ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan itupun dipastikan akan semakin meninggi.
Pertanyaannya adalah apakah di dalam ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan itu seseorang bisa menikmati sukacita dan damai sejahtera? Bila dijawab dengan jujur, jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada kedamaian dalam keadaan terburu-buru, bahkan menikmati segelas airpun tidak bisa, sebab semuanya dilakukan sambil berlari-lari dan kalau perlu melompat-lompat.
Seseorang bertanya, lalu apakah ada yang salah apabila saya menjalani hidup dengan terburu-buru? Karena saya ingin mengejar tujuan dan target hidup saya, sebab kalau saya tidak tergesa-gesa maka saya akan kehilangan hasil yang saya kejar.
Ini sangatlah benar dan manusiawi adanya. Setiap orang terburu-buru untuk mengejar target, tujuan dan mimpi-mimpinya. Sebab bila tidak berlari mengejarnya maka mimpi tinggallah mimpi saja dan hasilnya akan menjadi kekecewaan dan mungkin saja penyesalan seumur hidup. Dan setiap orang pasti tidak menginginkan ada kekecewaan dalam hidupnya. Sebab kekecewaan itu, sesungguhnya racun kehidupan yang akan merusak hidup ini sampai ke akar-akarnya.
Menjadi perenungan mendasar bagi setiap orang adalah apakah harus terburu-buru untuk mengejar mimpi dan target hidup ini? Haruskah setiap orang terus berlari-lari setiap hari untuk mengejar apa yang menjadi mimpinya? Bila dijawab dengan jujur, maka jawabannya, harusnya tidak perlu terburu-buru, tidak usah tergesa-gesa, apalagi sampai menciptakan kekecewaan dan kekesalan dalam perjalanan itu. Sangat tidak membuat hidup menjadi damai dan sukacita.