Banyak orang menginginkan menjadi seorang pemimpin tetapi selain tidak memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan, juga diperparah lagi tidak memiliki ketrampilan memimpin. Akibatnya adalah organisasi menjadi rusak, kacau balau dan dipastikan tidak akan tiba dan pernah sampai ketujuan yang diinginkan bersama dalam organisasi.
Situasinya menjadi lebih ironis lagi ketika Sang Pemimpin tidak pernah menyadari dan memahami bahwa sesungguhnya dia tidak memiliki pengatahuan dan ketrampilan untuk menjadi seorang pemimpin. Lalu, karena dia sudah terpilih menjadi pemimpin, entah caranya dengan "tipsani" alias tipu sana tipu sini, maka menurutnya segala yang dilakukannya sudah benar adanya. Maka lengkap dan semupurnalah kekacauan organisasi itu.
Era sekarang yang ditandai dengan keterbukaan dan transparansi yang luar biasa, dengan kemajuan teknologi informasi, komunikasi menyebabkan semua hal terbuka habis di depan public. Nyaris tak ada lagi ruang privasi bagi seorang pemimpin. Apapun yang dilakukan oleh seorang pemimpin diektahui oleh publik secara terbuka.
Mengacu pada pengertian dasar dari Kepenmimpinan atau Leadership, maka seorang pemimpin harus mampu mengelola dua aspek kunci dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, yaitu Power atau Kekuasaan dan Pengaruh atau Influnce.
Dengan sederhana, pakar dan penulis buku teks Leadership Richard T Daft, memperkenalkan 4 macam pengaruh yang bisa dimainkan oleh seorang pemipin, yaitu Transformational (dan transkasional), Charismatic, Coalitional, dan Machiavellian. Pada umumnya saetiap pemimpin akan memperlihatkan jenis dominan dalam mengelola pengaruh yang dijalankan, sehingga keempat jenis ini sering diidentikan sebagai Style-Leadership.
Jadi, pemimpin yang sangata menunjukkan pengaruh Machiavellian, maka pemimpin ini bisa dikatakan menggunakan Gaya Kepemimpinan Machiavellian, dan demkian juga style yang lainnya. Berikut akan coba digambarkan secara sederhana masing-masing jenis pengaruh ini.
Transformational dan Transactional Leadership
Transformational leadership ditandai dengan kemampuan untuk membawa perubahan yang terasa dan berart, baikj bagi pengikutnya atau followers maupun bagi organisasi itu sendiri. Pemimpin transformasional memiliki kemampuan untuk memimpin perubahan bagi visi, strategi dan budaya di dalam organisasi dan mempromosikan inovasi dalam produk serta teknologi.
Perlu disadari bahwa kepemimpinan transformasional sering dikacauakan penggunaan dengan kepemimpinan transaksional. Padahal sangat berbeda. Dasar Transactional Leadership adalah sebuah transaksi atau proses pertukaran antara leader dan follower.
Pemimpin dengan transactional leadership mengakui kebutuhan dan keinginan followernya, kemudian mengklarifikasikan bagaimana kebutuhan dan keinginan tersebut akan memuaskan follower jika follower dapat mencapai tujuan tertentu dan tugas tertentu. Sehingga, followers menerima penghargaan atas kinerjanya dan leader memperoleh manfaat dari tugas yang diselesaikan dengan baik oleh followersnya.
Sederhananya adalah bawah Pimpinan Transaksional berfokus dalam menjaga agar organisasi berjalan lancar dan efisien serta menjaga stabilitas dalam organisasi dari pada mempromosikan perubahan.