Ada sebuah ungkapan bijak yang mengatakan bahwa "sistem yang buruk akan menghancurkan orang-orang yang baik, orang-orang yang buruk akan menghancurkan sistem yang baik".
Pimpinan yang buruk akan bisa menghacurkan sistem yang baik, bahkan bukan hanya sistem yang hancur tetapi juga orang-orang yang ada dibawahnya akan bisa hancur juga, apabila bawahannya tidak mampu mengenali dan mengatasi pimpinan yang buruk itu. Pimpinan yang buruk pasti akan mencemari lingkungan kerjanya.
Dalam banyak situasi, perilaku buruk seorang pemimpin sangat mungkin melakukannya tanpa menyadarinya bahkan bisa jadi karena sudah menjadi habits atau kebiasaannya.
Namun, harus disadari juga bahwa sangat mungkin ada pimpinan yang melakukan secara sadar dan terencana, bahkan merasa sangat bangga dengan perilaku buruk itu, menjadi instrumennya meraih kesuksesan di tempat kerjanya. Kendati demikian, perlu sungguh-sungguh disadari bahwa perilaku buruk seorang pimpinan dapat merusak perusahaan dan karyawannya tidak pernah akan berhasil dengan baik, dan sebaliknya karyawan bisa menjadi tertekan, frustrasi yang berkepanjangan.
Banyak penelitian yang sudah dilakukan tentang dampak perilaku buruk seorang pimpinan ditempat kerja terhadap kondisi kesehatan dan kinerja karyawan yang dipimpinnya. Bahkan karyawan yang stres karena buruknya perilaku pimpinannya, meningkatkan peluang menderita sakit jantung hingga 50%.
Di Amerika Serikat, Gallup Organization pernah meneliti dampak buruknya perilaku pimpinan bagi karyawan pemerintahannya, dan hasilnya menunjukkan bahwa 60% pekerja pemerintah mengalami penderitaan psikologis karena kelakukan pimpinannya yang buruk. Ini keadaan yang sangat memprihatinkan dan sangat tidak menolong untuk masa depan yang lebih dan sejahtera.
Lebih menarik lagi hasil penelitian dari Organisasi Gallup ini menemukan pola buruknya pimpinan yang ada menunjukkan bahwa, perilaku pimpinan yang berorientasi pada diri sendiri sebanyak 60%, yang perilakunya keras kepala sebanyak 49%, yang berperilaku terlalu banyak menuntut sebanyak 43%, yang berperilaku impulsif sebanyak 41%, dan yang berperilaku sukanya interupsi menunjukkan angka 39%.
Bagaimana bila pengamatan diarahkan dalam lingkup perusahaan? Hasil penelitian ini memperlihatkan bawa para Manajer mengakui hal yang sama terjadi dalam perusahaan yang mereka kelola, angkanya bisa sampai 64%.
Ini bisa dipahami karena para Manajer pada level operasional manajerial sangat sensitif pada permainan angka-angka saja sebagai indikator kinerja yang harus dijaga, dipelihara, tidak boleh turun kalau tidak para manajer ini akan menghadapi masalah serius, karena target kinerja tidak tercapai dan bisa saja dipecat dari posisi manajernya.
Konsekuensinya adalah mereka memperlihatkan perilaku yang buruk terhadap karyawan atau bawahannya.
Jenis Pimpinan yang Buruk dan Cara Mengatasinya