Foto ini sengaja saya abadikan setahun yang lalu, masa dimana corona belum seganas sekarang. Di tempat ini saya bertemu dengan pemiliknya, bercerita tentang usaha kopra putih yang di lakoninya. Di tangannya, usaha ini sudah berjalan 3 tahunan dan bahkan menurut prediksinya sendiri usaha ini akan tetap eksis melanggeng hingga puluhan tahun mendatang. Jelas saya langsung mengamininya.
Setiap hari ratusan butir kelapa di olah untuk di jadikan kopra putih, diasapi dengan belerang selama 3 hari, kopra putih pun siap di karungkan ke negara india. Tidak sampai dsitu saja, kulit kelapanya di jual langsung serta batoknya dapat dijadikan briket arang. Briket arang sangat efektif digunakan sbg alternatif tabung gas yang kini mulai langka di pasaran.
Dulu pernah ada istilah bugis "Kaluku lolo, kaluku coa wanre maneng" artinya: mau muda atau tua semua bisa di makan. Kelapa memang tumbuhan yang khas dan multi manfaat. Semua bagian dari kelapa sangat berguna mulai dari akar, batang, buah, daun sampai ranting tuanya semua dapat di manfaatkan. Tidak ada yang sia2 asalkan diolah oleh tangan2 orang yang tepat. Yaitu tangan yang memiliki sentuhan rasa kreatif.
Di saat sekarang, banyak dari pelaku usaha pengolahan / industri yang membatu diam tak bergerak, tidak bisa berbuat banyak terhadap kelangsungan produksi usahanya. Mereka gagal dan terbentur oleh perubahan bias akibat pandemi.
Kebanyakan mereka yang gagal adalah mereka yang masih mempertahankan pola lama dan sudah terlanjur asik dengan permainanya sendiri. Ketika situasi berubah dan planing B tidak ada, yang ada rencana sebelumnya bisa ambyaar kata Alm Didi Kempot.
Mungkin sepertinya kita harus sedikit belajar dari filosofi kelapa dan pekerjanya sendiri diatas. Apapun produknya jika dikerjakan oleh tangan terampil yang inovatif, di kemas dengan ilmu pengetahuan yang apik, dipasarkan bukan hanya hanya di bumi melainkan juga dilangit, maka tidak ada alasan untuk bisa tetap exsist dan bertahan.
"Bergerak maju dan berinovasi". Kata2 itu pasti sudah lama kita dengarkan tapi mungkin saat ini kita baru pahami dan sadari. Kalau menurut Darwin "We Must Be Evolution".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H