Lihat ke Halaman Asli

yupi andaresta

Mengkhayal dan Menulis

Udang, Bakau, dan Laut Pomalaa

Diperbarui: 8 Agustus 2020   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rhizopora Apiculata

Sebagian besar petambak yang berada di Kawasan Pomalaa, menggantungkan hidupnya dengan membudidayakan udang paname. Pembudidayaan udang dikawasan ini sudah ada  sejak puluhan tahun yang lalu, namun udang yang dibudidayakan merupakan jenis yang berbeda. Dulunya petambak membudidayakan jenis udang hitam / Udang Windu (Penaeus monodon) dengan jangka waktu usia panen 4-5 bulan. Namun saat ini udang yang dibudidayakan jenis udang paname atau dengan istilahnya udang putih (Litopenaeus vannamei ) yang bisa di panen di usia 2-3 bulan. 

Usia panen yang begitu singkat merupakan peluang besar dalam membudidayakan udang jenis ini dikarenakan rentang waktu yang sikat bisa meminimalisir tingkat kematian udang, biaya oprasional dan biaya pakan. Namun terkadang pembudidayaan udang paname ini tidak selamanya berhasil sesuai dengan harapan. Sewaktu gagal panen anda sudah bisa dipastikan merugi secara materi, waktu dan tenaga. Menjadi petambak udang harus siap mental dengan resiko besar yang dihadapinya.

 Ada beberapa factor yang menjadikan petambak gagal panen, atau tingginya tingkat kematian / mortalitas udang sebagian besar disebabkan dari kualitas air. Tidak sesuainya PH, Pencemaran logam, Kecerahan, Salinitas dan Kandungan Oksigen Terlarut menjadikan udang dipanen belum waktunya.

Masyarakat petambak sadar akan kondisi diatas, sadar akan terjadinya penurunan kualitas perairan dan ketidak seimbangan ekologi.

Sehingga apa daya banyak dari orang yang berfikir dan mengatakan kalau budidaya udang itu ibarat berjudi, resiko ruginya lebih besar namun jika berhasil untungnya bisa berkali-kali lipat.

Keberhasilan saat panen merupakan harapan besar dan mukjizat tersendiri dalam pembudidayaan ditengah kondisi ekologis yang tidak mendukung, sedangkan kegagalan dalam panen merupakan resiko mutlak yang tidak bisa dihindari. Lain halnya dengan petambak intensif yang dilengkapi dengan peralatan super alternative, tingkat keberhasilan mereka merupakan prinsip keharusan atau wajar untuk harus berhasil. 

Seperti kita ketahui bersama bahwa perairan wilayah pesisir pomaalaa tidak dalam kondisi baik. Tingginya tingkat pencemaran laut menjadikan komposisi air laut berubah menjadi air tak baku atau air tak layak yang berimbas pada kehidupan organisme diperairan terutama pada kawasan tambak. Adanya kandungan logam berat seperti Nickel ( Ni  ) juga bersifat racun terhadap organisme perairan. Pada kadar 1,2 ppm logam Ni dapat mematikan 50% embrio dan mikroorganisme di perairan. Standar baku Ni  di perairan harus di bawah 0,001 ppm.

Solusi terhadap pencemaran

Siapa yang tidak mengenal mangrove ?. Tumbuhan khas vegetasi tropika dan subtropika ini tumbuh di pesisir laut yang di pengaruhi oleh pasang surut air laut. Ada beberapa jenis mangrove diantaranya Rhizopora Sp ( bakau ), Avicenna Sp ( Api-api ), Sonneratia Sp dan Bruigera Sp. Ekosistem mangrove sangat berperan terhadap siklus ekologi di perairan. 

Salah satu peranan ekologisnya ialah akar mangrove secara kimiawi mampu menghasilkan oksigen untuk kebutuhan biota perairan, mampu menyerap karbon dioksida, dan mampu mengolah partikel / limbah beracun yang ada diperairan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline